Dulu, tiket KRD Bandung Raya bisa dibeli langsung begitu saja di loket stasiun. Sekarang, ternyata sebagian besar stasiun di Bandung Raya sudah menerapkan online ticketing system, dan Kiaracondong adalah salah satunya. Loket manual hanya diperuntukkan bagi lansia dan kaum disabilitas. Jadi, kami buru-buru install aplikasi Access by KAI, melakukan registrasi akun, dan melakukan pembelian tiket di aplikasi. Ya ampun masih murah banget, cuma Rp5 ribu per orang! Bisa dibayar dengan e-wallet atau scan QRIS.
Fasilitas KAI Commuter Line Bandung Raya
Karena dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia, stasiun-stasiun KAI Commuter Line Bandung Raya dilengkapi dengan fasilitas stasiun pada umumnya. Ada toilet, musholla, titik pengisian daya (charging corner), dan ruang tunggu penumpang. Stasiun-stasiun besar seperti Kiracondong dan Padalarang memiliki beberapa tenant komersil, misalnya: convenience store, kedai kopi, hingga toko oleh-oleh. Akses/alur penumpang keluar-masuk juga sudah dibuat lebih teratur.
Di Jabodetabek, stasiun-stasiun KAI Commuter Line sudah terintegrasi atau terhubung dengan berbagai moda transportasi umum lainnya, seperti: TransJakarta, MRT, bahkan yang terbaru—LRT Jabodebek. Nah, Bandung juga nggak mau kalah. Sebentar lagi, Stasiun Padalarang akan terintegrasi dengan Stasiun KCJB Padalarang! Jadi begitu turun dari kereta cepat, bisa dengan nyaman berpindah ke KAI Commuter Line atau KA Feeder KCJB. Pun sebaliknya.
Lalu bagaimana dengan fasilitas kereta apinya? Berbeda dengan KAI Commuter Line di Jabodetabek dan Yogyakarta-Solo, Commuter Line Bandung Raya masih menggunakan armada kereta api reguler yang biasa kita jumpai pada KA Jarak Jauh kelas Ekonomi. Jadi, sudah jelas di dalam kereta api terdapat stopkontak, toilet, dan overhead storage. Bangku penumpang ditata berbaris saling berhadapan dengan formasi 3-2.
Kekurangannya, kondisi ini membuat kabin jadi terasa nggak nyaman saat kereta api padat penumpang. Karena tidak didesain untuk penumpang berdiri, jadinya susah untuk bergerak di dalam kereta api yang lagi padet-padetnya. Desain bangku membuat penumpang kurang leluasa untuk bergeser memberikan ruang bagi mereka yang ingin berjalan keluar atau berpindah gerbong, tidak seperti di KAI Commuter Line Jabodetabek dan Yogyakarta-Solo.
Itulah yang terjadi saat kami naik dari Stasiun Kiaracondong. Seluruh gerbong padeeettt. Jujur saya nggak nyangka banget sih, kirain bakal sepi. Rupanya banyak keluarga (baca: ibu-ibu) dan anak-anak muda yang memanfaatkan KAI Commuter Line Bandung Raya untuk piknik di akhir pekan. Setelah menyusuri 2-3 gerbong, akhirnya kami dapet tempat duduk juga meski nggak di samping jendela. Untungnya kondisi ini nggak berlangsung lama karena gerbong mendadak berubah sepi setibanya di Stasiun Bandung, banyak sekali penumpang yang turun di stasiun ini.
“Oh, ini orang-orang Bandung timur pada mau main ke kota,” batin saya, yang beberapa hari lalu meliput kegiatan edukasi bidan di Rancaekek.