Rabe membuka rumahnya bagi para pengungsi dan memberikan ban lengan swastika NAZI agar aman dari kejaran tentara kekaisaran Jepang. Masyarakat Nanjing mengenalnya sebagai "Buddha dari Nanjing", selain John Rabe ada pula Wilhemina Vautrin yang memberikan perlindungan bagi ribuan perempuan.
Pada musim panas 1938 tentara kekaisaran Jepang memulai sebuah kejahatan internasional seperti yang terjadi di Nanjing dengan mengakibatkan ribuan gadis dari Korea, Tiongkok, Taiwan dan kemudian Filipina dan Indonesia diculik dan dipaksa untuk menjadi budak seks bagi tentara jepang setiap mereka menguasai wilayah tersebut.Â
Para korban dinamakan "comfort women" atau dalam Bahasa jepang "jugun ianfu". Kasus kriminal ini akan diungkapkan pada pengadilan internasional di Tokyo setelah perang.
Untuk mengenang kejadian kelam ini pemerintah Tiongkok membangun sebuah museum yang dinamakan THE Memorial Hall of the Victims in Nanjing Massacre by Japanese Invaders sebagai pengingat kepada dunia agar kejadian kelam dimasa lalu ini tidak akan terjadi dimasa depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H