Untuk pertamakali  Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) menggelar kongres pemilihan ketua umum luar kota, di Mataram, Lombok pada 26-28 Agustus 2016. Kabar itu saya dengar langsung dari Thamrin Lubis, sekretaris Parfi sebulan sebelumnya.
"Sudah ada 350 anggota Parfi pemegang KTA yang mendaftar jadi peserta kongres," kata Thamrin sambil mengunyah singkong goreng di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.
Pekan-pekan menjelang kongres itu, saya sulit mengontak Aa Gatot Brajamusti selaku Ketua Umum Parfi petahana.
Beberapa nama calon ketua Parfi dari kalangan artis sempat muncul. Tetapi suara mengerucut ke satu nama: Marcella Zalianthy, artis dan produser film.
Marcella disebut punya peluang jadi ketua Parfi ketika itu. Bahkan, tanpa ragu bang Ray Sahetapy merestui Marcella untuk jadi kandidat.
"Dia muda, aktif, dan ibunya, Tety Liz Indriaty juga pernah jadi pengurus Parfi," kata bang Ray, yang sengaja saya ajak ngobrol di ruang sekretariat PWI Jaya Seksi Film dan Budaya sekaligus markas Forum Pewarta Film, Gedung PPHUI.
Malam itu, AC gedung yang dikelola oleh PT Prodas masih hidup. Biasanya, jam 18.00, AC otomatis off di semua ruangan. Kecuali ada "pesanan khusus".
Bang Ray baru saja menemui Aa Gatot di kantor Parfi terkait rencana kongres. Letak kantor Parfi satu lantai dengan "kantor" kami wartawan film, organisasi produser PPFI, pusat data perfilman Sinematek, organisaai pengelola bioskop GPBSI, Perfiki, Gasfi, KFT, dan YPPHUI.
Malam itu Aa Gatot ngantor, maka teknisi gedung membiarkan AC tetap menyala. Untuk tetap ngobrol tanpa rasa lapar, karena sudah jam 21.00 saya minta tolong pak Jani (juru kunci lantai IV) beli nasi goreng gerobak di depan PPHUI. Malam itu istimewa buat saya, yang untuk pertamakalinya mentraktir aktor besar Indonesia. Haha..
Soal pencalonan Marcella, saya konfirmasi beberapa hari kemudian. Maklum, perempuan ini sangat sibuk. Dengan diplomatis Marcella mengaku sudah punya niat memimpin Parfi.