Film horor Suzzanna Bernapas Dalam Kubur (SBDK) akan tayang 15 November 2018. Konon, film yang diperanutamakan artis Luna Maya ini paling ditunggu penonton film horor. Setidaknya, juga diharapkan oleh kakak-adik Sunil Soraya dan Rocky Soraya selaku produser dan sutradara film.Â
Keduanya merupakan generasi penerus rumah produksi Soraya Intercine Films milik produser Raam Soraya. Mereka berupaya menghidupkan lagi demam Suzzanna yang hits di tahun 1980an dan dijuluki "Ratu Film  Horor Indonesia".Â
Suzzanna lahir di Bogor, 13 Oktober 1942  bernama lengkap Suzzanna Martha Frederica van Osch. Pertama main film berjudul Darah dan Doa karya sutradara Usmar Ismail di tahun 1950.Â
Setelah membintangi berbagai genre, namanya melekat sebagai ikon aktris horor sejak berperan di film Bernafas Dalam Lumpur (1970).
Berikutnya dia tampil di film Beranak Dalam Kubur (1971), Sundel Bolong (1981), Ratu Ilmu Hitam (1982), Perkawinan Nyi Blorong (1983), Bangunnya Nyi Roro Kidul (1985), Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986), dan seterusnya hingga film terakhir Hantu Ambulance (2008).
***
Sabtu pekan lalu saya menghadiri gala premiere film SBDK di Studio XXI Plaza Senayan, Jakarta. Berada diantara ratusan undangan malam itu, saya penasaran ingin melihat prosesi peluncuran film itu. Ternyata tidak ada yang istimewa, dibandingkan dengan kehebohan 'ritual' film sejenis yang pernah saya lihat sebelumnya. Malam itu, tidak ada gimmick khusus untuk membangun suasana mencekam dan mengerikan. Pemutaran film serentak di beberapa studio, didahului dengan press conference.Â
Film pun dimulai. Sejak awal nonton saya terbayang pada wajah kedua sutradara film ini, Anggy Umbara dan Rocky Soraya. Pada mereka berdua saya sandarkan harapan kepastian film ini akan memberi pengalaman rasa takut yang berbeda. Apalagi, nama Suzzanna sudah terlanjur ikonik di belantara film horor Indonesia.Â
Alih-alih ingin mendapatkan kejutan dan kengerian, saya justru gagal mendapatkan suasana mistis dan horor secara utuh.Â
Banyak penonton tertawa lepas untuk hal-hal teknis, seperti ketika Suzzanna berbicara dengan mimik dan logat yang terkesan dibuat-buat sejak masih manusia sampai jadi sundel bolong.Â
Aksi yang juga memancing tawa, sehingga meruntuhkan suasana horor adalah peran Opie Kumis, Ence Bagus, dan Astri Welas sebagai pembantu sekaligus penjaga rumah. Dialog dan ekspresi ketakutan ketiganya kocak, khas komedian Betawi.Â
Namun, beberapa scene saat Suzzanna menjadi sundel bolong cukup memberi harapan. Golden scene 'pesan sate' yang terkenal di film Suzzanna sebelumnya,  tergantikan oleh suasana ketika Suzzanna pada malam sepi memanggil-manggil dan menyambangi nama empat orang begundal yang membunuhnya.Â
Empat begundal itu Umar (Teuku Rifnu Wikana), Dudun (Alex Abbad), Jonal (Verdi Solaiman), dan Gino (Kiki Nurendra) mati diteror. Keempat tokoh ini terlalu 'mahal' untuk peran yang akhirnya cuma dimatikan. Kehadiran empat tokoh ini cukup menutupi kekurangan greget Suzzanna.Â
Saya agak terpengaruh untuk melihat Suzzanna berbicara, juga pada make-up wajah Suzzanna yang ditangani secara khusus oleh tim ahli dari Rusia. Hasil polesan wajah  itu tidak mengecewakan. Suzzanna versi Luna Maya berhasil dihadirkan, sangat mirip dengan aslinya.Â
Sayangnya, saya tidak mampu move on dari bayangan Luna Maya sebagai artis hari ini. Sosok Suzzanna yang kharismatik dan berkarakter karena digembleng pengalaman panjang di jagad film horor, tidak bisa ditiru.Â
***
Cerita film ini berlatar tahun 1980an. Setelah lima tahun berumahtangga, Suzzanna (Luna Maya) dan Satria (Herjunot Ali) mendapat kabar mereka akan mendapat calon anak. Suzzanna hamil, dan di saat yang sama Satria harus tugas di luar negeri meninggalkan istrinya.
Satria sangat taat menjalankan agamanya, selalu membimbing istrinya untuk solat subuh berjamaah di musola kampung.Â
Rumahtangga mereka terusik ketika empat karyawan berencana merampok harta Satria, boss mereka di pabrik. Mereka adalah Jonal, Umar, Dudun, dan Gino.Â
Keempat orang ini menghancurkan hidup Satria yang sedang bahagia bersama istrinya, Suzzanna. **
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H