Mohon tunggu...
teguh imam suryadi
teguh imam suryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Penikmat kopi gilingan sampai sachetan

Penikmat kopi gilingan sampai sachetan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Ini 20 Tahun Lalu, #MenolakLupaReformasi

27 Mei 2018   13:37 Diperbarui: 29 Mei 2018   13:28 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih di bawah jembatan layang perempatan Grogol, sebuah truk sampah dikepung massa. Seorang diantaranya bertindak ala Mc Gyver, memodifikasi truk agar berjalan sendiri tanpa dikemudikan seseorang pun dan tanpa remote controle.

Sebuah batu besar sengaja ditempatkan menindih pedal gas truk, yang akhirnya berjalan sendiri. Di depan sana, sebuah sedan nahas terbakar. Skenarionya, truk akan menabrak sedan yang terbakar. Saya menunggu dengan sabar adegan yang akan bagus jika difilmkan itu. Dan, sesuai skenario, truk menghantam sedan. Keduanya terbakar sempurna.

Pandangan saya beralih menyapu ke sebuah POM Bensin yang juga dikerumuni massa. Ada yang berteriak "bakar..bakar.!! Belum sempat saya melihat POM bensin di seberang Mal Ciputra itu dibakar atau tidak, tapi saya sadar membawa anak orang. Anto harus saya antar pulang ke Cempaka Putih. Jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul 14.30 WIB.
Ya, tapi pulang lewat mana? Seluruh arus jalan ke berbagai arah sudah tertutup. Dari depan luar pagar Universitas Trisakti saya menengadah, melihat sebuah pesawat helikopter melayang dan menumpahkan tumpangannya; belasan tentara bersenjata lengkap turun bergelantungan mendarat di jalan layang.

"Ini sudah gak asik berada di sini. Harus keluar dari sini. Berbahaya," bisik saya kepada my Vespa

:)

Vespa biru itu membawa kami sejajar dengan posisi helikopter di seberang jalan layang (persis di depan Mall Ciputra), beringsut ke Cempaka Putih.

Esoknya, kerusuhan merata ke seluruh ibukota Jakarta. Sejauh mata memandang, hanya tetlihat kepulan asap hitam. Situasi ini tampak jelas dari jembatan layang Kemayoran dekat Arena Pekan Raya Jakarta.

Kerusuhan dua hari 12-13 Mei ini pun mereda. Tanggal 21 Mei 1998, di televisi Presiden Soeharto menyatakan "lengser keprabon" setelah 32 tahun berkuasa. Ribuan mahasiswa penggerak Reformasi merayakan kemenangan di Gedung DPR/ MPR.**

Saat itu, kalian lagi dimana dan sedang apa? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun