Mohon tunggu...
Teguh Alfaidzin
Teguh Alfaidzin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyarakat Sipil

Mahasiswa Universitas Mahasaraswati Denpasar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tersingkir dari Piala AFF: Indonesia Darurat Prestasi

15 Januari 2023   15:11 Diperbarui: 15 Januari 2023   22:27 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pemain Timnas Indonesia Marc Klok (kedua kanan) bersitegang dengan para pemain Timnas Vietnam. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom 

Timnas sepak bola Indonesia resmi tersingkir dalam ajang dua tahunan ASEAN Football Federation (AFF) yang diikuti sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara. Timnas asuhan Shin Tae Yong tak berdaya menghadapi lawan peringkat 96 dunia asuhan Park Hang Seo, timnas Vietnam. Timnas Indonesia menelan pil pahit dalam lanjutan leg kedua semifinal piala AFF 2022 yang dihelat di Hanoi, My Dinh Stadium, Senin (9/1/2023).

Kekalahan tersebut membuat Indonesia gagal melangkah ke final piala AFF 2022. Karena pada pertemuan pertama melawan Vietnam di Jakarta, Stadion Utama Gelora Bung karno, Jumat (6/1/2023) kedua tim bermain imbang 0-0.

Kekalahan 2-0 tersebut memperpanjang catatan buruk prestasi Indonesia di level Asia Tenggara. Pasalnya Indonesia tak pernah sekalipun merasakan atmosfer juara walaupun enam kali menjadi runner up piala AFF. Padahal di gadang-gadang piala AFF 2022 adalah momentum timnas untuk menjadi juara sebab skuat Indonesia dihuni pemain-pemain ideal dan dilatih oleh pelatih top kelas dunia, belum lagi mendapatkan fasilitas super istimewa, contoh seperti hotel bintang lima sampai jet pribadi.

Naturalisasi sudah dicoba, pelatih kelas dunia juga sudah, banyak pemain Indonesia seperti Arhan Pratama, Witan Sulaeman, Asnawi Mangkualam, Sadil Ramdani, Egi Maulana meniti karir diluar negeri. Tentu saya sangat menghargai, sekali lagi sangat menghargai kerja keras mereka tapi nyatanya tidak merubah apapun.

Permasalahan timnas sangat kompleks sejak puluhan tahun lalu, setiap menelan kekalahan kalimat motivasi "belajar dari kekalahan" selalu memenuhi beranda media sosial pemain, pelatih sampai federasi, nyatanya memang tak pernah belajar. Belum lagi alasan-alasan klasik seperti, piala AFF tidak masuk dalam kalender FIFA buat apa ngotot juara. Aneh!

Lantas siapa yang paling pantas disalahkan? Apakah sepenuhnya salah pemain dan pelatih?

PSSI Biangkerok Bobroknya Prestasi Timnas Indonesia

Federasi, dalam hal ini adalah induk organisasi sepak bola Indonesia yaitu Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah yang paling bertanggungjawab atas bobokroknya prestasi Indonesia. Anehnya PSSI sejak puluhan tahun lalu tak pernah berbenah, ala kadarnya, gitu-gitu aja, sudah pasti yang menonjol tidak lain tidak bukan adalah kepentingan politik, kepentingan individu, kepentingan kelompok. Rasanya tidak ada niat baik PSSI untuk memajukan sepak bola Indonesia.

Fakta bahwa PSSI selalu dijadikan sebagai "batu loncatan" untuk kepentingan praktis tak bisa tebantahkan. Masih ingat siapa saja yang pernah menjabat sebagai ketua PSSI? Sebagian besar adalah kalangan non sipil. Sebut saja ketua PSSI hari ini adalah seorang berpangkat Komisaris Jendral Mochamad Iriawan alias Iwan Bule.

Sepertihalnya politisi, Iwan Bule penuh gimmick ditambah cakap dalam bermain media sosial, paket lengkap! tak jarang aksi genitnya mendapat atensi dari pecinta sepak bola tanah air. Misalnya saja saat perhelatan piala AFF 2020 lalu saat fotonya terpajang paling besar diantara foto para pemain timnas, belum lagi bejibun unggahan di akun Instagramnya yang memamerkan kedekatan dan perhatianya ke pemain timnas. Padahal bukan itu tugas ketua PSSI pak.

Ketua PSSI berlatar non sipil lainya adalah Edi Rahmayadi mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) TNI AD yang menajabat pada 2016-2019 lalu. Memang pada waktu itu publik merindukan sosok pemimpin PSSI berlatar militer, sebab orang-orang berlatar belakang sipil lebih tepatnya politisi sih macam Nurdin Halid maupun La Nyala Matalitti gagal total membawa PSSI ke arah yang lebih baik.

Hasilnya? Sama saja, target mendali emas pada perhelatan Sea Games gagal direngkuh. Kompetisi Gojek Traveloka liga 1 tidak mengalami perubahan, masih banyak suporter meregang nyawa. Ditengah kondisi sepak bola Indonesia yang serba semrawut, Edi justru mencalonkan diri sebagai calon Gubernur dalam Pilkada Sumatera Utara 2018. Keberhasilanya dalam membangun citra dan meraih simpati pecinta sepak bola tanah air menghantarkan Edi menuju tampuk tertinggi kepemimpinan Sumatera Utara, Edi Rahmayadi pun dilantik menjadi Gubernur dua tahun silam.

Selain Iwan Bule dan Edi Rahmayadi, masih segar dalam ingatan saya adalah seorang ketua DPD RI 2019-2024 La Nyalla Mataliti, ketua PSSI 2015-2016 yang sempat membuat geger sepak bola Indonesia. Hal tersebut dikarenakan terjadi kekisruhan di tubuh pengurus PSSI, hingga akhirnya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi mengambil langkah tegas dengan membekukan kepengurusan La Nyalla. Alhasil, campur tangan pemerintah ini mendapat respon dari FIFA yang langsung menjatuhi sanksi karena dianggap ada intervensi. Lebih lanjut La Nyalla pun harus berhenti sebagai ketua PSSI sebelum masa jabatanya habis lantaran dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus pencucian uang dana hibah kamar dagang dan industri Jawa Timur.

Kabar teranyar La Nyalla akan mencalonkan kembali menjadi ketua PSSI dan akan mendaftar sekaligus menyerahkan berkas hari ini Jumat, 13/1/2023. Padahal jelas-jelas La Nyalla sedang menjabat sebagai Ketua DPD RI, miris.

Sampai kapan PSSI dipimpin oleh orang-orang penuh kepentingan dan secuil pun tak paham soal sepak bola? sampai kapan PSSI hanya dijadikan hadiah untuk para Purnawirawan dan Politisi? percayalah politik niscaya soal kekuasaan. Dihadapan kekuasaan semua orang berpotensi punya kecenderungan menyalahgunakan wewenang, apapun dan bagaimanapun tujuan awalnya. Karena potensi itulah dalam tubuh organisasi sepak bola PSSI, politik kepentingan wajib hukumnya untuk dihindari. 

Sekali lagi tak cukup hanya bermodal pantang menyerah, tegas, apalagi hanya sekedar jago retorika untuk memajukan sepak bola Indonesia. Ini bukan masalah teknis atau taktis, ada masalah yang lebih mendalam menyoal pemimpin PSSI. Sudah saatnya Revolusi PSSI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun