Mohon tunggu...
Teguh puryanto
Teguh puryanto Mohon Tunggu... -

Jurnalis, penyuka sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini yang Terpasung Semen

15 April 2016   15:38 Diperbarui: 20 April 2016   23:02 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di satu sudut ruangan LBH Jakarta, seorang perempuan dengan jilbab hitam dan berkulit putih sedang asyik menata meja makan. Namanya Michele, gadis ayu alumni IPB yang kini bekerja sebagai karyawan BUMN perbankan di Jakarta. Sejak tahun 2014 lalu , gadis dengan lesung pipit ini telah ikut terlibat dalam aksi warga pegunungan kendheng ini. Michele ikut tergugah untuk berada dalam barisan perlawanan mereka, berada dalam satu barisan dengan mereka yang bukan apa dan siapanya

"Rumah saya tidak terdampak, tapi semangat mereka. Keihklasan mereka, fitnah dan intimidasi yang di alami mereka yang mendorong saya untuk berdiri dalam barisan ini, " tutur gadis ayu ini sembari membalikan handphone bergambar tokoh perlawanan Che guevara, miliknya.

Selama ini Michele, lebih banyak berada di belakang layar, menyusun pers rilis, membantu logistik, termasuk menjadi petugas medis darurat yang membantu aksi ibu-ibu pegunungan kendeng

"Saya selalu merinding melihat mereka, kepada mereka saya belajar tentang semangat. Mereka adalah simbol perlawanan petani pada korporasi dan birokrasi, " tutur Michele sembari memijit kaki Surtini salah satu peserta aksi ' di pasung semen' tersebut.

"Jokowi harus beri dukungan sepenuhnya untuk menolak pembangunan pabrik semen karena itu mengganggu pertanian dan sumber air di sana. Para sedulur ini adalah petani, hidup sebagai petani, dan mati sebagai petani. Tanah bagi mereka adalah ibu. Hanya orang tidak waras yang mau menyerahkan ibunya pada pabrik semen," tutur Michele dengan mata berkaca.

Di samping Michele ada Alexandra Herlina, Dokter asal Surabaya yang setia mendampingi warga kendheng dalam berbagai aksinya. Ia yang memastikan bagiamana kesehatan ibu-ibu ini terjaga. Ia membantu mencari formula yang terbaik untuk menjaga agar perlawanan mereka tidak membawa korban,

"Semangat mereka luar biasa. Tetapi perlawanan tetap harus zero korban dan resiko. Keputusan mengecor kaki mereka sudah kami perhitungkan sedetil mungkin agar resiko cedera mereka minim. Gips yang paling lunak, komposisi kotak cor, dan berbagai pertimbangan medis sudah kami perhitungkan," tutur sang dokter. " Penderitaan mereka dalam perjuangan ini sudah besar, tugas saya memastikan bagaimana kesehatan tidak menambah beban penderitaan mereka," tuturnya tegas.

‘Palagan Akhir Sukinah’

Perjuangan warga Rembang menjadi kunci. Bila pabrik semen dibangun di wilayah itu maka perusahaan tambang lain juga akan masuk ke Pegunungan Kendeng Utara.

Sukinah, salah satu tokoh aksi menolak pabrik semen di pegunungan kendeng. Posko penolakan pabrik semen yang berdiri sejak 1 Juni 2014, terletak di tanah milik Sukinah. Di tanah itulah garis komando perjuangan mereka di rancang dan di susun. Di tanah itu Sukinah menuturkan mereka pernah di pukuli, di lempar ke parit dan di intimidasi. 

Ketika penulis mendatangi Sukinah, ia tengah bersiap untuk sebuah wawancara dengan sebuah stasiun berita. Dengan guyon ia pamit pada penulis , “ amit mas yo aku tak dadi artis dulu. Jangan pergi dulu nanti aku cerita yang akeh” ujarnya dengan logat lokal campuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun