Kondisi fisik yang sudah lanjut usia, mengetuk hati Dimas untuk membantu kakeknya berjualan kangkung
dipasar.
Pukul tiga pagi, dua buah keranjang yang dipasang dikanan dan kiri sepeda motornya berisi setumpuk
kangkung siap jual ke pasar.
Udara dingin dan rasa kantuk yang menyelimutinya tidak menyulutkan semangatnya untuk mengantarkan kangkung ke pasar.
"Saya lakukan rutinitas ini sejak dibangku SD", ungkap Dimas. "Mengambil kangkung dari sawah dibawa
pulang ke rumah sampai dijual di pasar, hal ini saya lakukakn semata-mata untuk membantu Kakek",
tandasnya.
Sekali membawa kangkung ke pasar mencapai lima puluh ikat, bahkan bisa lebih. Selesainya mengantar
kangkung Dimas langsung pulang untuk mempersipkan segala keperluan yang akan dibawa ke sekolah.
"Kangkung yang dijual tidak selalu habis, sisanya dibawa pulang dan ditanam lagi disawah", ungkap
Kakeknya. "Alhamdulilah Dimas selalu membantu membawakan kangkung ke pasar untuk dijual", pungkasnya.
Dalam kesehariannya, tidak menyurutkan Dimas untuk selalu belajar ke sekolah dan bisa membagi waktu
antara belajar dan membantu Kakeknya.
Kondisi seperti itu tentunya menyebabkan rasa kantuk pada saat kegiatan pembelajaran dikelas, bahkan
sesekali bisa tertidur.
Berkat dorongan dan motivasi guru serta wali kelasnya, tidak menyurutkan semangat Dimas untuk sekolah
hingga sampai lulus ditingkat SMP.
"Alhamdulilah hari ini adalah pengumuman kelulusan dan Dimas dinyatakan lulus", ungkap Sasongko. "Saya
selalu mendorong dan memotivasinya untuk melanjutkan ke jenjang SMA atau SMK", pungkasnya.
Demikian salah satu kisah inspirasi dari seorang siswa yang selalu membantu kakeknya untuk mengantarkan
kangkung ke pasar. Semoga bisa menginspirasi bagi anak-anak untuk selalu semangat dan bisa membagi
waktu dalam belajar serta selalu membantu sesama.***