"Seluruh keturunan Mbok Berek boleh menggunakan brand Mbok Berek. Dan mendapat resep leluhur cara mengolah ayam sehingga terasa empuk dan gurih, " ungkap Yannie.
Kendati keturunan langsung Mbok Berek tidak serta merta bisa memasak. Yannie juga begitu. Saat masih remaja masih belum memasak.
Yannie belajar masak dari ibundanya. Begitu hendak membuka warung makan dengan Brand Mbok Berek, ibunya yang turun langsung ikut menata. Utamanya dalam masalah managemen dan masakan.
"Saya dari gadis malah tidak bisa memasak. Saya mulai bisa memasak setelah saya menikah. Selanjutnya saya coba buka warung makan di teras rumah saya di perumahan, " ungkap Yaniie kelahiran Desember 1963 ini.
Yannie yang lahir di Kalasan Yogyakarta, merupakan anak bungsu dari pasangan Mujimintardi BA pensiunan guru (alm) dan ibu bernama Sarsiyah (almh) sebagai ibu rumah tangga. Karena kebutuhan hidup besar, sebagai seorang guru dengan  gaji pas pasangan tentu kurang mencukupi. Apalagi dengan 9 anggota keluarga. Untuk membantu pemasukan, ibunda Yannie, Sarsiyah berjualan ayam goreng.
Lama kelamaan bisnis ayam goreng Ibu Sarsiyah cukup sukses. Bahkan bisa menjadi sandaran utama. Salah satu faktor sukses bisnis ayam goreng tak lain di rasa. Resep dan tata cara menggoreng ayamnya yang berbeda.
Serta ayam yang digunakan juga harus dengan ayam kampung. Bukan ayam ras.
Keturunan Langsung Mbok Berek
Sejarah awal terkenalnya Mbok Berek adalah bermula dari kebiasaan Ronopawiro yang merupakan  sulung  6 bersaudara dari Ronodikromo penjual ayam goreng.
Ronopawiro ini masih suka manja dengan  teriak - teriak kepada Ronodikromo, ibunya. Teriak - teriak, ribut dan gaduh ini bahasa jawanya, ' Berek'. Karena Ronodikromo punya anak yang suka Berek Berek, maka ibunya dikenal dengan panggilan Mbok Berek.
"Jadi pada saat itu orang kalau mau beli ayam biar gampang nyebutnya, beli ayam di Mbok-nya Si Berek karena anaknya suka Berek - Berek. Bengok bengok, " tutur Yannie.