Upaya penyelamatan dan  pelestarian lingkungan hidup demi kemanusiaan ini penting sekali. Kebakaran sudah agak reda.  Semoga tidak terjadi lagi. Tapi menurut laporan terakhir, di Jambi, misalnya pada hari Senin tengah hari, udaranya gelap seperti  jam 12 malam. Belum pernah terjadi dalam sejarah. Baru sekarang.
Belum reda, sudah ada demo dan gempa di Ambon. Â Kita menghadapi dua masalah. Â Sebagian disebabkan oleh faktor alam, dan sebagian lagi oleh faktor manusia.Â
Ketika semua orang lagi sibuk kasak -- kusuk menunggu kabinet kapan  diumumkan, kita di sini berkumpul untuk melakukan Deklarasi Nasional Gerakan Lingkungan Hidup. Semoga Allah SWT memberkahi kita semua.
Itulah petikan materi kuliah umum yang diberikan Prof Dr Jimly Asshiddiqie SH di La Tansa Hall, Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro, Jalan Soekarno -- Hatta No 1 Rangkasbitung, Lebak, Banten pada Jumat (27/9) Â lalu dihadapan ratusan mahasiswa dan para tokoh nasional gerakan lintas budaya dan generasi.
Jimly Asshiddiqie berbicara dalam rangka Studium Generale dan Deklarasi Nasional, Penyelamatan Lingkungan Hidup di hadapan para tokoh gerakan lintas budaya  dan lintas generasi seperti di antaranya.
Dr M. Jafar Hafsah (Sekjen ICMI), Dr Ir Saleh Abdurahman, Msc (Staf Ahli Bidang Lingkungan dan Tata Ruang Kementerian ESDM RI, Dr Ir hariynato MT mewakili Dirjen EBTKE Kementerian ESDM RI, Direktorat Konservasi Energi kementerian ESDM RI, Ir Helmi Basalamah MM, (Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM kementerian LHK RI, Budi Satyawan wardhana, Deputi I-Perencanaan dan Kerjasama Badan restorasi Gambut RI, Ade Sumarna (Wakil Bupati Lebak), Ir Priyono (Kepala Bagian Umum Ditjen PSP, Kementerian Pertanian RI), mewakili Dirjen PSP, Kolonel TNI Windiatno, Danrem 064 Maulana Yusuf, Propinsi Banten, mewakili Panglima TNI, Dr Suharno M.Kes (staf ahli Bidang Kesra dan SDM Kota Tangerang Selatan)mewakili Walikota Tangsel, seniman dan penggiat lingkungan Raja Asdi (inisiator), budayawan Remy Sylado (inisiator), musisi Sam Bimbo (inisiator), Ully Sigar Rusady (inisiator) dan tokoh R. Dono Sumarwoto.
Dalam materi kuliah umum tersebut, Jimly menegaskan bahwa Deklarasi Nasional untuk Penyelamatan Lingkungan hidup adalah gerakan yang sangat mulia. Tidak banyak orang yang berminat terhadap gerakan ini. Sebab hasilnya tidak cepat bisa dilihat.Â
Dampaknya jangka panjang. Sedangkan demokrasi, mengakibatkan  orang berpikir jangka pendek. Tahunan, atau lima tahunan. Dari Pilpres ke Pilpres atau dari Pilkada ke Pilkada. Tergantung musim politik datang.  Â
"Apalagi sekarang menunggu pengumuman kabinet. Ada demo sedikit langsung berpikiran bahwa gerakan itu akan menggagalkan pelantikan 20 Oktober, Â misalnya begitu. Â Demo-demo mahasiswa dikait-kaitkan. Inikan orang murni. Â Â Maka jangan buru-buru dipolitisir. Tapi itulah cara berpikir politik. Membuat semua orang berpikir pendek," lanjut Jimly.
Masih menurut Jimly, negeri kita adalah sebuah  negeri yang ringkih. Sangat ringkih. Itu sebabnya terpecah  menjadi 17 ribu pulau. Coba alam kita tidak ringkih tidak akan terpecah menjadi 17 ribu pulau.Â
Di atas tanah kita ini banyak gunung berapi. Di bawah laut dan di bawah  tanah kita  ini,  banyak patahan. Banyak lobang -- lobang besar yang panjangnya seperti lautan.  Karena ini daerah khatulistiwa.
 Ada sebuah buku yang menceritakan tentang Indonesia. Pada 1 Agsustus 2005,  Prof Aarysio Nunes Dos Santos menulis buku berjudul  Atlantis The Lost Continent Finally Found. Buku tersebut terdiri dari 16 chapter.Â
Di mana pada chapter yang ke empat bercerita tentang Indonesia. Indonesian Atlantis and The Four Rivers of Paradise. Penulis menguraikan sebuah teori yang menempatkan secara definitif bahwa Atlantis tersebut berada di wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand dan Brunei.
Benua atlantis itu adalah indonesia. Dulu indonesia sebuah benua. Sampai akhirnya terpecah menjadi 17 ribu pulau. Dulu di indonesia ini ada surga. Oleh karena itu saudara-saudara nenek moyang kita adalah bangsa besar, peradaban besar pernah hidup  di sini. Itu terjaid kurang lebih 11 ribu tahun silam,  sampai 17 ribu tahun silam. Mungkin zaman Nabi Nuh. Jangan -- jangan Nabi Nuh tinggal di indonesia.Â
Sejarah bangsa indonesia tidak sama dengan bangsa Eropa. Sejarah bangsa Indonesia ditulis sejarawan Eropa yang dimulai sejak abad ke 2 Masehi. Seolah - olah belum ada kehidupan sebelum abad ke dua. Karena apa? Struktur kehidupan kemanusian itu hancur. Maka  kita  perlu saling mengingatkan masalah indonesia, ungkap Jimly.
Dalam sejarah modern, belum  pernah ada likufikasi sebesar seperti  yang terjadi di Palu. Maka peristiwa di Palu itu persis  membawa kita kepada pemahaman yang tepat kepada  Alquran yang membahas tentang harta karun. Karun itu ditenggelamkan seperti peristiwa likuifikasi di Palu.Â
Tanah diblender kemudian ditenggelamkan. Tadinya ada rumah, Â ada kehidupan lalu diblender oleh likuifikasi. Itu yang membuat karun ditenggelamkan oleh Allah sehingga muncul istilah harta karun.
"Alam kita ini ringkih. Mari kita rawat sebaik-baiknya. Jangan kita ini  tidak ramah pada alam. Jangan jadi sumber malapetaka bagi alam. Apalagi kita, mayoritas beragama Islam. Islam adalah agama  rahmatan lil alamin. Bukan lil muslimin. Bukan lil mukminin. Bukan lil insani.Â
Tidak tapi lil alamin. Bagi setiap alam. Maka sebenarnya agama mempunyai fungsi yang sama. Bukan hanya Islam. Semua agama harus menjadi sumber rakhmat. Bagi alam semesta.Â
Menurut laporan UNESCO mengenai jumlah hewan liar di dunia maka jumlah hewan liar terbanyak di dunia ada di indonesia. Tetapi hewan yang terancam punah terbanyak juga di indonesia.Â
Kenapa hewan liar terancam punah? Karena hewan liar dibunuhin oleh manusia. Hubungan antara manusia dengan hewan tidak akrab. Kita tidak ramah. Karena kita takut terhadap mereka lalu kita bunuh.Â
Maka hewan liar terancam punah di Indonesia. Â Itu menurut PBB. Kita diperintahkan untuk rahmatan lil alamin, rahmat bagai alam semesta," tanda Jimly.
Jimly juga menegaskan bahwa perlu kiranya melakukan reorientasi prilaku. Perilaku beragama, perilaku berbangsa, perilaku  keimanan kita untuk menjadi rahmatan lil alamin.Â
Baik sesama manusia, sesama warga bangsa dan sesama makhluk Tuhan yang hidup. Bahkan dengan burung sungai dan hutan. ini saatnya membangun kesadaran baru. Secara khusus Prof Jimly menulis berjudul Green Constitution pada tahun 2009.Â
Buku itu menjadi bacaan Menteri Siti Nurbaya, Kepala BNPB Munardo. Menurt Jimly, sudah satanya menyadari kebijkan yang berwawasan lingkungan hidup.
Setiap orang wajib bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Pentingnya merawat dan melestarikan lingkungan hidup. Dan kebetulan Indonesia adalah paru -- paru dan jantungnya dunia.Â
Maka, kerusakan lingkungan hidup di Indonesia bukan hanya menyangkut kita. Bukan masalah Indonesia saja. Tapi masyarakat dunia ikut jadi korban. Dalam penutupan kuliah umumnya, Jimly mengatakan bahwa Indonesia bisa menjadi negara terbesar ke empat asal bisa mengubah standar sikap kita.
"Tinggal masalah  kualitas manusianya. Baik kualitas intelektualitasnya, kualitas moralnya dan akhlaknya. Karakter sikap pribadinya. Kalau sudah sesuai standar internasional, maka pada saatnya Indonesai akan menjadi negara besar," kata Jimly.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H