Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Definisi Lantip

7 September 2019   23:30 Diperbarui: 22 September 2019   02:19 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya Lantip. Sekilas, dia biasa saja. Tak ada yang istimewa. Pendidikan tidak terlalu tinggi hanya mengenyam bangku sekolah hingga SMA. Pekerjaan? Bisa dibilang, pria yang hampir berusia 60 tahun ini tidak mempunyai spesifikasi khusus. Sebab semua pekerjaan hampir bisa dikerjakan. 

Bongkar pasang alat alat listrik bisa. Berdagang biasa. Menjadi tukang ojek bisa. Jadi buruh tani bisa. Semua bisa dikerjakan. Dan Lantip pun mau mengerjakan. 

Wajah biasa saja. Tingginya sekira 160 cm dengan berat 50 kg. Kurus untuk ukuran laki - laki. Tapi siapa sangka dari penampilan yang serba biasa ini tersimpam cerita yang luar biasa. Banyak laki - laki yang merasa diri lebih hebat dari Lantip ternyata malah kalah jauh. 

Banyak laki - laki yang merasa iri dengan sepak terjang Lantip di dunia asmara. Bayangkan saja. Saat duduk di bangku SD, murid yang paling cantik di kelas Lantip langsung jatuh hati pada Lantip. Sebagai wujud cinta kepada Lantip, dia rela sehari - hari menemani Lantip. Tidak mau pulang ke rumah. Kecuali sudah disuruh pulang. 

Terang saja, saat SD, Lantip telah mengakibatkan patah hati masal di sekolah. Terutama mereka yang satu kelas. 

"Coba kok si Heni mau - maunya jadian dengan Lantip. Tampang pas-pasan. Cuma giginya aja yang lebih. Uang nggak gablek. Prestasi juga nggak, apa yang bisa diambil dari Lantip? Nggak habis pikir saya, " cetus Waid salah seorang teman Lantip. 

"Iya aku juga heran. Kalau ada yang bisa diandalkan sih kita juga bisa mengerti. Tapi ini semua serba minus, " timpal Marko. 

"Udah nggak usah ribut kita suport aja. Sebagai teman harus sportif. Setelah kalah  bersaing dalam urusan cewek ya sebaiknya kita akui. Jangan sampai pertemanan malah jadi renggang," kata Apip mencoba menengahi. 

Lama - lama teman Lantip juga bisa menerima. Bahwa Lantip dengan Heni ada hubungan. Kecuali bagi yang naksir berat kepada Heni. Dia tak sanggup menyaksikan keakraban antara mereka berdua. Ada yang merasa cemburu. Ada yang marah. Dan macam - macam reaksi teman - teman Lantip. Ada juga yang tak berkomentar tapi lebih memilih pindah sekolah. Ya itulah Lantip saat duduk di bangku SD. Semua siswi cantik  dijadikan pacar Lantip. Mereka yang memproklamirkan diri sebagai Don Juan di sekolah itu malah hanya dapat  cewek yang level 2. Semua yang unggulan menjadi milik Lantip. Bagi yang biasa saja tentu tak kebagian. 

Begitu masuk SMP kiprah Lantip dalam dunia asmara makin menjadi - jadi. Banyak yang curiga Lantip punya ilmu pelet yang jika dibacakan cewek mana pun akan terpikat. 

Ada juga yang menduga Lantip punya keris peninggalan orangtua yang dengan keris itu bisa memikat wanita. 

Macam - macam spekulasi orang - orang. Ada yang menyikapi dengan santai. Barangkali, Lantip salah satu protoripe laki - laki yang paling ideal pada saat itu. Tidak ganteng. Tidak kaya. Tidak pintar. Dan tidak taat beribadah. 

Semua serba pas pasan. Mungkin wanita akan merasa aman dengan mempunyai pasangan seperti Lantip. Tak ada wanita yang tertarik pada Lantip.  Sehingga jika berpacaran akan merasa aman tak akan was - was bakal direbut wanita lain. 

Tapi celakanya, semua wanita pada masa itu mempunyai pemikiran yang sama

 Semua ramai - ramai ingin mempunyai pacar yang serba pas - pasan. Dengan pertimbangan yang kurang lebih sama. Agar tak digoda wanita lain. Ketika demand atau permintaan lebih tinggi dari suplay,  terjadilah hukum ekonomi. 

Karena semua ingin tipe seperti Lantip, sementara Lantip hanya satu. Maka nilai tawar Lantip menjadi sangat tinggi. Otomatis semua yang menjadi antitesa Lantip akan menjadi murah. 

Semua cowok yang berlawanan dengan Lantip tidak akan dipilih. Kalau ada cowok ganteng menjadi tidak menarik karena berlawanan dengan Lantip. Begitu juga kalau ada cowok yang tajir. Dia juga tidak akan dilirik cewek. 

Sebab Lantip tidak tajir. Malah cenderung miskin. Munculah sebuah definisi baru. Cowok ideal adalah jika dia mempunyai wajah sangat biasa mendekati jelek. IQ  pas - pasan. Harta minus. Dan ketaatan dalam beribadah biasa. 

Akhirnya bagi teman teman Lantip yang ingin seperti Lantip berusaha mendekati Lantip. Tujuannya agar dipersepsikan seperti Lantip. 

Jika berkenalan dengan cewek dengan bangga mengaku sebagai temannya Lantip. Ada yang berhasil dengan melakukan pendekatan seperti ini. Tetap saja sebagai entitas cowok dia gagal. Dia tak berhasil sebagai diri sendiri. Harus menjadi orang lain agar diminati wanita. 

Saat di bangku SMP entah beberapa belas murid yang pernah menjadi pacar Lantip. Yang kacaunya lagi, ada cewek yang berpendapat belum resmi sebagai murid SMP itu kalau belum pernah pacaran dengan Lantip. Dan jejak asmara bersama Lantip akan dijadikan porto folio cinta mereka. 

Masa SMP pun berlalu dengan meninggalkan kisah petualangan asmara yang luar biasa. Begitu masuk SMA, nama Lantip langsung mentereng. Banyak dari SMP lain yang sengaja memilih di SMA tersebut agar bisa satu sekolah dengan Lantip. 

Kalau beruntung bisa satu kelas atau malah satu bangku. Karena dari SMP yang lain pun penasaran dengan Lantip banyak calon siswa walau tak satu rayon tetap kasak - kusuk agar bisa satu sekolah dengan Lantip. 

Lama - lama Lantip punya banyak pengikut. Ada temannya yang rela menjadi pesuruh Lantip asal dimasukan sebagai teman Lantip. 

Tujuannya agar bisa mendekati cewek - cewek cantik. Sebab cewek-cewek cantik ini seleranya belum bergeser. Masih memgidolakan Lantip. 

Lama-lama Lantip bosan. Lantip merasa diri sebagai obyek. Dia bukan lagi subyek. Dia sudah tidak perlu bergerak, semua datang mendekat. Tak ada perjuangan lagi. Di sekolah puluhan temannya siap melayani Lantip. Membantu membelikam makanan di kantin, misalnya. Lantip ingin keadilan. Ingin diperlakukan semestinya. Lantip berharap teman - teman ceweknya menjadi normal. Bahwa kalau mengikuti dirinya belum tentu punya masa depan yang gemilang. 

Bahwa  mereka yang punya masa depan gemilang adalah yang punya tampang oke, punya otak encer, punya uang dan taat ibadah. Ini formula yang paling ideal. 

Masa SMA hanya sebentar. Hanya tiga tahun. Janganlah mengorbankan hidup hanya demi masa SMA. Tepatnya demi Lantip. Demi seperti Lantip. 

Lantip mendorong teman temannya agar mau belajar keras. Mau taat ibadah. Mau mensyukuri wajah ganteng dengan cara merawatnya sebaik-baiknya. Lantip juga meminta pacar-pacarnya. Atau mereka yang berharap dekat dengan Lantip mau mengikuti hati nurani. 

"Carilah cowok yang ganteng yang taat ibadah dan pintar. Syukur - syukur dia kaya," kata Lantip pada teman - teman ceweknya. 

Sepertinya kata - kata Lantip tak didengarkan lagi. Bahwa prototipe cowok ideal adalah seperti Lantip. 

Tiba - tiba saja, sebelum lulus SMA,  Lantip memituskan keluar dari sekolah. Lantip memilih menikah dengan seorang gadis yang biasa saja. 

Berbeda dengan pacar - pacar Lantip saat di sekolah. Begitu menikah, karena tak punya ijazah memadai Lantip bekerja sebagai tukang ojek. Kadang buruh tani. Sesekali kelilong kampung menjajakan kue buatan istrinya. 

Terkadang Lantip pusing berjualan seharian tapi belum ada yang membeli. Jika kesedihan hendak menyapanya, Lantip kembali teringat kiprah asmaranya saat di bangku SD, SMP maupun SMA. Mestinya menjual kue lebih mudah. 

Pesta telah berakhir. Kejayaan tak lagi digenggam. Tapi ternyata masih ada teman Lantip yang penasaran dengan kiprahnya. Bagaimanan mungkin semua cewek cantik kesengsem pada Lantip. Dia ingin resep. Ingin formula. Ingin tahu bagaimana hal itu bisa bekerja. 

Mungkin karena merasa tidak nyaman didesak temannya soal resep disukai cewek - cewek cantik, Lantip membocorkan rahasianya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun