Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam 40 Harian

7 September 2019   08:53 Diperbarui: 22 September 2019   02:23 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumar dan Rasem tak mau berdebat dari soal itu. Sumar dan Rasem percaya bahwa yang diajarkan oleh ustad di kampungnya mempunyai dasar hukum. 

Dan sebagai orang yang awam akan ilmu agama, ya hanya taklid saja. Mengikuti ustad yang lebih pintar. Buktinya di kampung itu seorang haji yang meninggal juga dilakukan selamatan acara 40 harian dan 100 harian. 

Tidak seperti biasanya. Pas malam 40 harian, langit terlihat mendung. Rasem dan Sumar khawatir tetangga tak mau hadir di acara selamatan karena  hujan. Benar saja, acara selamatan 40 harian yang dilaksanakan selesai salat Isya itu berbarengan dengan turun hujan. 

Tapi kekhawatiran Sumar dan Rasem tidak terbukti. Para tetangga tetap berbondong - bondong datang untuk mendoakan Indra alias Budi. 

Mereka datang ada yang menggunaka jas hujan. Ada juga yang menggunakan payung. Tapi ada juga yang menggunakan daun pisang untuk menutup kepala dari terpaan air hujan. 

Sebelum acara tahlil dimulai, ustad yang akan memimpin doa lebih dulu memberikan kutbah singkat. Dasar hukum mengirim doa bagi yang sudah meninggal. 

"Dalam sebuah salawatan disebutkan  bahwa setiap malam Jumat ahli kubur pulang ke rumah. Tujuannya untuk minta doa," kata ustad kepada jamaah yang akan melakukan selamatan. 

Belum selesai ustad memberi kuliah, dari arah pintu depan terdengar suara, "Ma, ini Indra pulang Ma," begitu bunyi suara yang terdengar sayup- sayup karena kalah oleh suara air hujan menimpa atap rumah. 

Sontak saja ustad berdiri dan meninggalkan rumah itu sambil berkata, " Nah kan benar dia pulang." 

Ustad lari meninggalkan rumah itu yang kemudian disusul oleh warga yang lain. Tapi kemudian mereka kembali lagi. Ketakutan itu hanya ada dalam pikiran saja. Acara selamatan dilakukan dengan cara sedikit terburu - buru. Tapi yang penting sudah dilakukan. Selesai selamatan sebagian warga mencari sumber bunyi itu. Sebab suara itu nyata. Bukan seperti suara hantu. 

Tapi pencarian mereka sia-sia. Mereka lalu pulang dengan perasaan sedikit mencekam. Desa itu mendadak sepi. Mereka pulang tapi hak berani tidur. Kalau kalau ada suara Indra muncul lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun