Mohon tunggu...
Situt Saputro
Situt Saputro Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

@situt.04

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kata Pram, Sudah Bopeng Sejak Lahir

2 Agustus 2020   16:57 Diperbarui: 2 Agustus 2020   17:05 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tokopedia.com/cecepbooks

Kebopengan yang tergambar dalam barisan huruf per huruf dalam roman Bukan Pasar Malam membuka mata pembaca akan bejatnya perilaku pembesar negeri yang terselip dibalik megahnya republik di awal berdiri. 

Memang tidak dijelaskan secara jelas, namun dari gembaran yang dicerminkan tokoh ayah sebagai korban dari jalannya sejarah, yang terbaring lusuh karena digerogoti penyakit, di sebuah rumah sakit yang perihal perawatannya bisa dibilang tidak layak, dengan sikap dokter dan perawat yang tidak profesional, meski dia adalah seorang pahlawan mantan gerilyawan yang memperjuangkan kemerdekaan.

Kritik yang dicipta secara halus ini dapat dilihat dari penolakan tawaran menjadi anggota perwakilan daerah, dan membalasnya dengan perkataan yang pedis untuk didengar,

"Perwakilan rakyat? Perwakilan rakyat hanya penggunng sandiwara. Dan aku tidak suka menjadi badut, sekalipun badut besar".

Ditegaskan lagi sikap keperwiraan dan tulusnya nasionalisme yang dilukiskan ketika mendapat tawaran menjadi koordinator pengajaran daerah yang sejatinya mampu menjadi jalan dalam memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia malah menolaknya. Dan lagi-lagi membalasnya dengan halus dan penuh keprihatinan bagi yang membaca.

"Tempatku bukan di kantor, tempatku ada di sekolahan. Kita guru-guru di tanah air kita ini jangan sampai kurang seorang pun juga."

Diperparah lagi dengan sikap balasan warga setempat dengan mengatakan antek Belanda, menyerah pada Belanda, bukan manusia, yang sangat meruntuhkan hati dan jauh dari akar kebenaran.  

Inilah wajah suram kondisi masyarakat Indonesia di awal kemerdekaan yang sedikit digambarkan Pramoedya Ananta Toer di romannya Bukan Pasar Malam, penuh curiga, egoisme, mau menang sendiri, mau enak sendiri, omong kosong, nasionalisme nihil, dan kebopengan-kebopengan lain yang ada dan selalu ada sejak republik ini lahir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun