Mohon tunggu...
Situt Saputro
Situt Saputro Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

@situt.04

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandemi dan Pondasi Revolusi Pendidikan

30 Juni 2020   18:09 Diperbarui: 30 Juni 2020   18:07 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
infokemendikbud.web.id

Sudah menjadi wacana umum bahwa keberadaan pandemi Corona tidak hanya membawa dampak yang buruk dalam keberlangsungan kehidupan. Berbagai wacana dan spekulasi mengenai kehidupan baru pasca pandemi yang sejak hari ini telah banyak dipersiapkan oleh berbagai pihak dan spektrum bidang, termasuk pendidikan.

Berangkat dari landasan pandangan ilmuwan tersohor dunia -- pengarang Sapiens dan Homo Deus -- yakni Yuval Noah Harari, bahwa pandemi adalah portl dari sebuah peradaban -- kehidupan baru. Portal baru kehidupan yang dimaksud mengharuskan lahirnya berbagai perubahan-perubahan yang meletus secara cepat dan mengarah ke mata angin yang lebih baik dari sebelumnya.

Termasuk pendidikan, spektrum bagian terpenting dari sebuah peradaban masyarakat tersebut sedang mengalami revolusi dalam dirinya untuk menyesuaikan dan mempersiapkan diri menjalani kehidupan baru. 

Revolusi-revolusi dalam tubuh pendidikan memaksa masyarakat untuk meninggalkan pendidikan dengan gaya lama yang sudah terlanjur nyaman dalam status quo.

Sebelum meletusnya pandemi corona, masyarakat luas mengimani gaya pendidikan konvensional dengan menggantungkan nyawa pendidikan pada keberadaan guru dan buku konvensional. Dua hal yang sampai saat ini belum pernah mampu berjabat tangan dengan inklusifisme keadaan sistem pendidikan Indonesia yang terhambat dengan kondisi geografis dan ketimpangan pembangunan. 

Permasalahan yang dihasilkan dari rahim pendidikan konvensional yang selama ini terlihat adalah minimnya jumlah perpustakaan dan koleksinya, serta jumlah pengajar yang tidak merata menghambat proses jalannya pendidikan. 

Ditambah ketakutan ketidaksiapan masyarakat dalam mencari metode baru serta ketiadaan kondisi yang mendesa untuk melangkah ke arah yang baru membuat pendidikan dengan gaya konvensional sejauh ini tidak kunjung melahirkan hasil yang efektif, bahkan dalam beberapa gerakan perubahan kebijakan termasuk kebijakan kurikulum yang baru masih menyematkan kondisi stagnan di tubuh sistem pendidikan.

 Meletusnya pendemi corona ditambah arus perkembangan teknologi-informasi dalam bentuk distribusi jaringan seluler yang laju perkembangannya mengalahkan perkembangan jumlah dan kondisi perpustakaan membawa sistem pendidikan ke gerbang baru yang harus dicoba. 

Melampui segala ketakutan keterbatasan, langkah awal mencoba menerapkan gaya yang sama sekali baru adalah pondasi paling minimal untuk memukul genderang revolusi pendidikan.

Tiga bulan lebih berdampingan dengan pandemi corona dan menajalni pendidikan dengan kebiasaan dan cara baru, pondasi-pondasi revolusi pendidikan mulai terlihat dan membawa arah yang positif. 

Seperti, bergesernya pandangan para pelaku pendidikan dengan semakin akrabnya mencari literatur dan informasi pengetahuan berbasis digital literature, menjalani berbagai metode belajar baru dalam bentuk virtual methods, dan semakin beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi secara efektif. Sebuah langkah baik menuju peradaban baru.

Bergeser ke Arah Digital Literature

Sejauh ini pendidikan di Indonesia berjalan dengan mengikuti arus pendidikan konvensional. Pendidikan yang hanya menyempitkan interaksi satu arah dari pengajar dan siswa-siswa yang diajar. 

Pendidikan yang menyanjung pembelajaran top-down dengan mengikat diri terbatas hanya pada apa yang dikatakan oleh buku-buku di perpustakaan sekolah masing-masing. Kebiasaan yang selama ini diterapkan membawa berbagai dampak yang semakin memperlambat laju perkembangan pendidikan. 

Seperti bergantungnya kualitas pendidikan pada kualitas pengajar, serta kurangnya asumsi informasi lain yang diperoleh para siswa mengakibatkan kedangkalan pengetahuan. Hal semacam ini semakin buruk keadaannya di sekolah-sekolah pedalaman yang mempunyai masalah keterbatasan buku, perpustakaan, dan tenaga pengajar.

 Bergesernya arah pandangan pelaku pendidikan dengan memberikan kesempatan mencoba membuka arus digital literature sebagai konsekuensi keberadaan pandemi corona menjadi langkah sebuah perubahan. 

Sistem pendidikan mulai beradaptasi denga tidak hanya menggantungkan interaksi satu arah -- pengajar dan siswa -- melainkan memberikan siswa untuk mencoba mencari sumber-sumber pengetahuan dari berbagai media. Semacam internet dan buku-buku atau referensi-referensi pengetahuan yan tidak tersedia di buku-buku konvensional perpustakaan sekolah. 

Siswa menjadi terbuka dengan berbagai informasi dan sumber pengetahuan baru, sehingga keterbukaan ruang belajar semakin melebar dan membuka pintu-pintu keterbatasan akses pengetahuan semakin dibuka secara perlahan. Sebuah ekosistem pendidikan yang sehat.

Menjajaki Virtual Methods

 Selain itu, pondasi revolusi lain terlihat dengan semakin ditinggalkannya metode ceramah yang memusatkan pengajar sebagai sumber dan tumpuhan jalannya pendidikan. Keberadaan pandemi corona yang mengharuskan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh melampui batas teritorial menjadi kesempatan para pelaku pendidikan untuk mencoba berbagai metode baru, salah satunya adalah berbasis virtual.

Metode berbasis virtual membawa paradigma baru dalam pendidikan, yakni bawa pendidikan tidak lagi terpusat pada pengajar melainkan berbalik ke para siswa sebagai pelaku utama. selain perubahan paradigma yang semakin memberikan kesempatan siswa untuk mengeksplore kemampuan dan keingintahuan, adalah pengajar yang mengajar dengan metode-metode baru. 

Praktik ceramah yang tidak lagi efektif mendorong pengajar untuk mengembangkan metode-metode baru yang tidak bergantung pada tempat dan waktu. Sebuah kebiasaan yang sangat baik untuk menjadikan pembelajaran tidak mandeg dilakukan di kelas dan waktu tertentu, melainkan education is everywhere and everywhen.

Beradaptasi dengan Teknologi 

 Peruabahan lain adalah semakin massifnya interaksi dengan teknologi. Sebuah konsep yang telah direncanakan dan impikan sejak lama dan dampak pandemi corona menemukan momentumnya. 

Mencoba berbagai kegiatan pendidikan termasuk pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi-informasi yang sebelumnya hanya diterapkan beberapa sekolah pilihan, sekarang hampir dirasakan semua sekolah dan pelaku pendidikan.

 Berbagai produk perkembangan teknologi informasi dicoba disesuaikan dengan praktik pembelajaran. Langkah-langkah perubahan kecil yang semakin mengeratkan interaksi antara pendidikan dan teknologi. Dua hal yang harus disiapkan sejak dini sebagai pondasi-pondasi untuk membangun sebuah peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun