Bergeser ke Arah Digital Literature
Sejauh ini pendidikan di Indonesia berjalan dengan mengikuti arus pendidikan konvensional. Pendidikan yang hanya menyempitkan interaksi satu arah dari pengajar dan siswa-siswa yang diajar.Â
Pendidikan yang menyanjung pembelajaran top-down dengan mengikat diri terbatas hanya pada apa yang dikatakan oleh buku-buku di perpustakaan sekolah masing-masing. Kebiasaan yang selama ini diterapkan membawa berbagai dampak yang semakin memperlambat laju perkembangan pendidikan.Â
Seperti bergantungnya kualitas pendidikan pada kualitas pengajar, serta kurangnya asumsi informasi lain yang diperoleh para siswa mengakibatkan kedangkalan pengetahuan. Hal semacam ini semakin buruk keadaannya di sekolah-sekolah pedalaman yang mempunyai masalah keterbatasan buku, perpustakaan, dan tenaga pengajar.
 Bergesernya arah pandangan pelaku pendidikan dengan memberikan kesempatan mencoba membuka arus digital literature sebagai konsekuensi keberadaan pandemi corona menjadi langkah sebuah perubahan.Â
Sistem pendidikan mulai beradaptasi denga tidak hanya menggantungkan interaksi satu arah -- pengajar dan siswa -- melainkan memberikan siswa untuk mencoba mencari sumber-sumber pengetahuan dari berbagai media. Semacam internet dan buku-buku atau referensi-referensi pengetahuan yan tidak tersedia di buku-buku konvensional perpustakaan sekolah.Â
Siswa menjadi terbuka dengan berbagai informasi dan sumber pengetahuan baru, sehingga keterbukaan ruang belajar semakin melebar dan membuka pintu-pintu keterbatasan akses pengetahuan semakin dibuka secara perlahan. Sebuah ekosistem pendidikan yang sehat.
Menjajaki Virtual Methods
 Selain itu, pondasi revolusi lain terlihat dengan semakin ditinggalkannya metode ceramah yang memusatkan pengajar sebagai sumber dan tumpuhan jalannya pendidikan. Keberadaan pandemi corona yang mengharuskan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh melampui batas teritorial menjadi kesempatan para pelaku pendidikan untuk mencoba berbagai metode baru, salah satunya adalah berbasis virtual.
Metode berbasis virtual membawa paradigma baru dalam pendidikan, yakni bawa pendidikan tidak lagi terpusat pada pengajar melainkan berbalik ke para siswa sebagai pelaku utama. selain perubahan paradigma yang semakin memberikan kesempatan siswa untuk mengeksplore kemampuan dan keingintahuan, adalah pengajar yang mengajar dengan metode-metode baru.Â
Praktik ceramah yang tidak lagi efektif mendorong pengajar untuk mengembangkan metode-metode baru yang tidak bergantung pada tempat dan waktu. Sebuah kebiasaan yang sangat baik untuk menjadikan pembelajaran tidak mandeg dilakukan di kelas dan waktu tertentu, melainkan education is everywhere and everywhen.