Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah telah banyak program atau kegatan yang objeknya adalah tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah, pengawas) dan sarana prasarana yang diperlukan sekolah. Melalui program-program itu diharapkan untuk kerja tenaga kependidikan, khususnya guru dan hasil belajar peserta didik terus meningkat, khususnya pengajaran sastra seperti Drama.
Pengajaran sastra khususnya drama yang sebenarnya mampu meningkatkan keterampiilan pembelajaran, selama ini masih jauh dari harapan. pengajaran sastra Indonesia masih sebatas kognitif sehingga tidak menampakan kompetensi dan performasi kesastraan secara maksimal. Oleh karena itu pengajaran sastra Indonesia harus berbenah diri (Nurhidayah, 2004:1)
Mengingat begitu pentingnya peran guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di SMA, maka sudah seharusnya kemampuan guru secara terus menerus dikembangkan. Peningkatan itu meliputi peningkatan pengetahuan yang bersifat akademis dan peningkatan kemamapuan bidang tugas (Profesional). Kedua hal tersebut penting untuk mengadakan evaluasi, sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan peserta didiknya baik disemua materi maupun secara khusus menulis dan bermain drama.
Mengajarakan seni drama hampir tidak mungkin jika tidak disertai pembelajaran tentang bermain peran. Pengajaran seni drama yang semata-mata berkutat pada teori, dapat dinyatakan tidak lengkap jika tidak disertai penyajian tentang seni peran. Materi tentang seni drama baik ditingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi, sangat ideal jika diiringi dengan pengajaran  tentang seni bermain peran (Israhayu, 2004:43).
1. Latihan vokal.Â
Latihan vokal ini penting agar peserta didik tidak malu untuk mengucapkan suatu ujaran dengan sebaik-baiknya. Vokal yang tidak jelas atau tidak sesuai dengan peran akan mengganggu penampilan aktor/aktris. Apalagi jika ada peserta didik yang pemalu, latihan vokal sangat ditekankan, suara ucapan yang disuarakan mampu menyentuh emosi yang diharapkan.
2. Latihan mengucapkan dialog
Peserta didik mampu menampilkan ekspresi sesuai dengan jiwa naskah. Untuk bagian ini guru dapat melatih peserta didik dengan mengucapkan petikan dialog yang berisi kurang lebih 5-10 kalimat.
3. Akting
Dalam bagian ini guru tidak perlu membuat naskah/skenario, cukup dengan membagikan kartu cerita dan kartu akting. Peserta didik secara spontanitas, kreatif membuat cerita secara lengkap, dan menunjukan laku dramatis sesuai dengan laku
4. Menyususn Modul Ajar