Demikianlah hal-hal itu ditampakan bagi Indonesia, keadaan penuh keterbatasan.
Hampir-hampir perhelatan besar bangsa-bangsa ini tidak mungkin terselenggara, karena Bandung dinilai tidak siap menggelar perhelatan akbar bangsa-bangsa Asia Afrika tersebut.
Tetapi apa boleh dikata, ketika semangat semakin menggebu dan niat kuat tumbuh dalam kehendak-kehendak bersama kuasa alam, kemudian hadir langkah-langkah gemilang, merumuskan lebih matang rencana KAA.
Saksi-saksi bisu pergerakan, ada Gedung Dwi Warna, sebagai bangunan bersejarah di Jalan Diponegero Kota Bandung, Jawa Barat, sempat dipergunakan sebagai tempat rapat komisi atau panitia KAA 1955.
Gedung tersebut sekarang berfungsi menjadi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, setelah sebelumnya dipakai untuk kantor beberapa instansi dan gedung lembaga wakil rakyat.
Lokaai pertemuan utama KAA adalah Gedung Merdeka berikut saksi kunci sejarah lainnya yaitu Museum Asia Afrika.
Ada Hotel Savoy Homann, tempat menginap para delegasi.
Beberapa bangunan saksi sejarah penting KAA itu berada berdekatan dengan titik nol Kilometer Kota Bandung.
Kita mengenang juga tokoh besar Presiden Soekarno, Ali Satroamidjojo, Roeslan Abdoelgani. Masing-masing nama berurutan berperan sebagai kepala negara, Â delegasi konperensi dan panitia KAA. Masih banyak sederet nama besar lainnya terkait KAA 1955.
Nama-nama ini terkenang dalam setiap peringatan KAA.
Mereka sosok-sosok pemberani, pemberi inspirasi bagi putra-putri bangsa untuk sama-sama terjun dan berjuang menyukseskan berlangsungnya KAA.