Bandung selalu mengenang peristiwa Konperensi Asia Afrika (KAA) 1955 dalam setiap tahunnya.
KAA 1955 sebagai sebuah perhelatan besar bangsa-bangsa, menjadi terkenal karena kegigihan para partisipan atau peserta konperensi dalam memperjuangkan nasib bersama pasca perang dunia II.
Dominasi ideologi Kapitalis Washington dan Sosialis Komunis Moskow, secara fisik dinilai telah lepas saat itu, lalu bergeraklah bangsa-bangsa Asia dan Afrika kepada alam kemerdekaan seutuhnya serta berdiri bersama dalam tatanan dunia baru.
KAA berlangsung pada 18-24 April 1955 di Kota Bandung, menjelma sebagai pertemuan penting.
Pertemuan tersebut berhasil menorehkan semangat kebersamaan, senasib sepenanggungan, dan kepemilikan hak atas kemerdekaan, lepas dari cengkraman kolonialisasi dan hidup setara dalam pergaulan bangsa-bangsa diseluruh dunia.
Sebagai generasi penerus hari ini, kita patut berbangga hati dengan hasil perjuangan para pendahulu tersebut.
Buah pengorbanan putra-putri bangsa menghasilkan prestasi luar biasa dalam menembus batas dan sekat keterkungkungan hasil ulah cipta penjajah.
Bayangkan saja, saat KAA akan digelar, kondisi pasca Perang Dunia II, sangat genting.
Saat itu Indonesia baru sepuluh tahun merdeka. Situasi dan kondisi pasca kolonialisasi, belum pulih seutuhnya, menyusul kecaman dan upaya pendudukan kembali negara-negara asing terhitung sangat gencar.
Tingkat kepercayaan masyarakat dunia pun masih terbilang rendah terhadap Indonesia.