Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pencapaian dalam Hobi Menulis dan Centang Biru Kompasiana

23 Maret 2023   10:40 Diperbarui: 23 Maret 2023   10:51 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis. Photo: Kompas.com

Melalui tulisan, pengalaman dapat tercatatkan hinggga ia melampaui masa-masa kehidupan panjang sang penulisnya, saat  ia telah tiada kelak.

Saat memutuskan membuka akun Kompasiana beberapa tahun silam, saya berpikir bahwa blog milik grup Kompas Media ini mampu menjadi wahana baru menyalurkan hobi menulis.

Blog tersebut menjadi ruang perekam tulisan bagi saya, setelah terbangunnya kebiasaan membuat catatan harian dalam buku catatan khusus.

Ya, buku harian. Disana tercurah apapun, baik itu pemikiran, perasaan, unek-unek atau sekedar goresan ballpoin tanpa aturan.

Catatan-catatan berubah kenangan. Tersusun lembar demi lembar memenuhi setiap halaman buku, tertelan masa.

Beberapa catatan dalam buku harian sejak silam, diantaranya banyak hilang. Saya menyesal itu terjadi.

Disana terdapat hal penting walau sebelumnya dianggap biasa, sebatas sebuah curahan hati atau untaian perasaan.

Namun, disana juga tumbuh pemikiran, ide, cara pandang dan tafsir-tafsir fenomena hidup yang sanggup terpikirkan secara mendalam.

Sejak penyesalan itu muncul, maka memutuskan menyimpan apapun bentuk-bentuk tulisan, menjadi pilihan hidup.

Tulisan sepintas lalu, berubah menjadi penting pada masa yang lain, bukankah itu sebagai sebuah keberuntungan?

Mencipta hal biasa di masa awal, berbuah sesuatu berharga di saat kemudian.

Berbagi

Memikirkan segala hal dalam kehidupan, terkadang mengasyikan bagi sebagian besar orang.

Pengalaman-pengalaman itu tertoreh, bukan tanpa sebab. Selalu ada makna dari peristiwa-peristiwa itu jika kita mampu selami.

Tentang apa hal-hal yang dialami kita, tidak selamanya diarungi orang lain.

Dengan demikian, berbagi pengalaman mampu melahirkan inspirasi orang diluar diri kita untuk sama-sama merasakan sensasi imajinasi dan pemikiran dengan cara-caranya tersendiri.

Tidak salah jika pengalaman adalah ilmu berharga dalam hidup, sebagai sumber pengetahuan bernilai tinggi dalam proses mengarungi kehidupan.

Melalui tulisan, pengalaman dapat tercatatkan hinggga ia melampaui masa-masa kehidupan panjang sang penulisnya, saat  ia telah tiada kelak.

Jejak tulisan akan lebih dihargai, sebagai sumber referensi dalam penggalian suatu keilmuan tertentu.

Jadi, berbagilah dengan tulisan-tulisan kita.

Dunia ini abadi bersama tulisan orang-orang terdahulu.

Keteraturan pun tercipta karena tulisan-tulisan.

Tengok saja kitab-kitab suci, panduan-panduan hukum, syair-syair atau sekedar goresan sederhana pada dinding gua sekali pun, semua nampak berharga mengawal keakuan dunia yang senantiasa inginkan abadi.

Banyak cara orang mampu menulis, menggarap kata-kata menjadi memiliki makna sekaligus mengikat makna tersebut.

Dalam konteks berbagi, tulisan pun mampu merubah dunia selama itu bisa dibaca.

Wajar apabila pepatah menyebutkan jika pena lebih tajam dari pedang.

Pena dimaksud dalam hal ini tentunya goresan tinta pembentuk kata-kata lalu terbaca luas oleh khalayak publik dengan sejumlah makna tulisan didalamnya.

Centang Biru

Awal menulis sekedar hobi, lama-lama memiliki ketertarikan membuat publikasi tulisan dalam media.

Pengetahuan dasar menulis sudah tentu diperlukan dalam merambah media massa, apalagi bidang ini memiliki disiplin sendiri sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan bidang komunikasi.

Sadar dengan itu, putusan bergabung menjadi bagian awak media diambil.

Era keterbukaan informasi, menyusul secara normatif Undang-undang tentang kebebasan pers terbit, membuka peluang orang-orang masuk dalam pusaran gerak media massa.

Apapun orang bisa tulis pada media massa berabgai bentuk, baik cetak ataupun elektronik.

Media harian, mingguan, duamingguan, bulanan atau apapun itu periode terbitnya, berjubel tak tertahankan.

Kemajuan teknologi informasi membuat wajah lain media massa.

Dinding-dinding media sosial penuh dengan tulisan status orang-orang.

Timbul masalah dengan adanya kebebasan pers. Eforia media mendorong banyak pihak berbuat semauanya.

Media-media besar mendapat tantangan sendiri dari timbulnya gerakan pers dadakan dan masif.

Kasus demi kasus yang timbul dari penayangan tulisan di media massa, menambah panjang deretan perkara hukum.

Apa boleh buat, dunia jurnalistik dan perkembangan media sosial telah memicu khalayak umum mempertontonkan "kebolehannya". 

Ekspresi diri semacam ini, dulu banyak terbelenggu karena aturan ketat penguasa rezim.

Membludaknya karya-karya jurnalistik baru dengan varian gaya, membuat orang semakin tertarik menulis.

Berbagai pengalaman menulis, mencipta karya-karya baru dengan label terkini.

Masa-masa itu terus beranjak. Media-media massa terus belajar bagaimana menghadapi tantangannya masing-masing.

Beruntung memutuskan bergabung dengan Kompasiana. Blog Grup Media Kompas ini memiliki caranya sendiri bagaimana menakar kualitas kepenulisan disela-sela antusias publik menulis dalam berbagai bentuk topik dan genrenya.

Ada ukuran puncak kualitas, diberikan kepada personal penulis oleh Kompasiana, yaitu dengan istilah "centang biru".

Apresiasi ala Kompasiana kepada penulis, tanda centang biru pada akun blogernya, memperlihatkan bagi publik bahwa kualitas kepenulisan serta kemampuan memenuhi kriteria-kriteria khusus sesuai visi dan misi media, penting dalam sebuah pencapaian raihan eksitensi kepenulisan.

Dengan cara ini, problema jurnalistik dan eforia media massa, dengan sendirinya teredam tanpa harus menabur ancaman hingga sanksi-sanksi normatif yang kaku.

Sekali lagi, kreativitas manusia terus berkembang. Proses menemukan jalan berkarya pun, berubah dari waktu ke waktu.

Pilihan menekuni bidang kepenulisan tak akan lekang oleh zaman.

Justru sebaliknya, bahwa perubahan-perubahan apapun dalam dunia ini, semula berada dibalik proses sang penulis menuangkan gagasan-gagasannya lalu disebarkan.

Politisi-politisi hebat diberbagai belahan dunia, sempat terobsesi menjadi penguasa-penguasa baru akibat tulisan seorang Machiaveli yang dianggap frontal dan blak-blakan dalam hal praktek kotor berpolitik penguasa-penguasa terdahulu.

Meski demikian, akal manusia itu membimbing dirinya kepada kebaikan.

Menuliskan hal baik itu lebih penting karena umur kemanusiaan bisa lebih panjang karenanya.

Kepuasan sesaat melalui ekspresi menulis, bisa berakibat fatal. Konsekuensi normatif pasti akan mengikuti setiap ulah jahat dalam bentuk apapun, termasuk melalui tulisan.

Pencapaian tertinggi dalam menulis itu adalah kualitas.

Era keterbukaan informasi saat ini, memungkinkan orang belajar banyak dan memilah bagaimana dirinya menjadi lebih baik serta terstandarisasi layak.

Centang biru Kompasiana itu sebagai salah satu ilustrasi pencapaian kualitas dalam dunia kepenulisan.

Banyak media lain menawarkan hal serupa. Semua memberi peluang sama bagi kita untuk terus berpraktek baik dan semua kembali kepada pilihan masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun