Hilang waktu untuk mengurusnya karena saya sibuk dengan besi-besi tua.
Di kampung setiap hari orang-orang butuh besi tua untuk membangun tangga langit.
Mereka ingin memiliki tangga sekaligus menara tertinggi dekat langit agar orang lain mudah mengenal kampung dan dapat mengantarkannya juga kepada mereka kepada ketinggian saat mereka butuhkan.
Hampir setiap saat mereka medesain layaknya arsitek dan bekerja memasang besi-besi tua seperti ahli sipil. Padahal mereka itu berotak kosong.
Besi-besi tua ingin mereka kendalikan dengan kekosongan otak-otak mereka dari pengetahuan tentang besi.
Besi-besi tua keras kerap ditantang keras tenaga. Besi-besi tua sering marah karena perlakuan kasar dan keras orang-orang kampung.
Tak ada bentuk diperoleh setelah sekian lama bekerja. Besi-besi tua hanya melawan setiap saat, tak mau dikendalikan.
Sepotong-sepotong besi patah lalu terbuang.
Jika keadaan sudah demikian, giliran saya bekerja memesan lagi besi-besi tua ke gudang tempat saya bekerja.
Saya memilihkan besi-besi tua pesanan mereka.
Saat diminta kadang-kadang barang tidak ada. Disitulah mereka lampiaskan kemarahan karena barang keinginannya tak kunjung terpenuhi.