Perkiraan resesi global akan melanda negera-negara dunia pada tahun 2023.
Banyak pihak mengkhawatirkan datangnya masa ini.
Dengan berbagai cara, pihak-pihak terkait resesi baik langsung ataupun tidak, melakukan antisipasi dalam rangka mengurangi kemungkinan dampak yang bakal muncul.
Indonesia, termasuk salah satu negara berpotensi terdampak resesi.
Meski demikian, Indonesia termasuk negara yang siap menghadpi resesi.
Ada kesiapan Indonesia yang bisa ditunjukan menghadapi resesi yaitu dengan modal kepada perolehan kemajuan ekonomi dalam kurun waktu terakhir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh tinggi pada triwulan II 2022.
Perkembangan tersebut tercermin pada pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 yang mencapai 5,44 persen, jauh di atas capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,01persen.
Termasuk akselerasi kinerja ekonomi ditopang oleh permintaan domestik yang terus meningkat, terutama konsumsi rumah tangga, dan kinerja ekspor yang tetap tinggi.
Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan mayoritas lapangan usaha dan di seluruh wilayah.
Meski dinilai aman, resesi global dalam pengamatan dan prediksi ahli, akan memberikan dampak negatif kepada Indonesia.
Diprediksi bahwa  akan terjadi perlambatan laju ekonomi di dalam negeri.
Resiko ini timbul kerena pengaruh pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang meningkat.
Mengantisipasi hal buruk ini, Indonesia dinilai wajar jika segera mengambil langkah cepat mengurangi resiko perlambatan ekonomi.
Berdikari
Ekonomi global secara langsung menimbulkan dampak kepada bangsa-bangsa di dunia.
Hal ini timbul sebagai konsekuensi logis dari adanya kondisi saling ketergantungan pelaku ekonomi sehingga mempengaruhi antar terhadap prilaku masing-masing subjek ekonomi dunia.
Dampak itu sendiri bisa berakibat positif, negatif bahkan  sistemik kepada berbagai sektor penting negara-negara.
Resesi salah satu diantaranya. Pasca pandemi Covid 19 dan perang Rusia dengan Ukraina yang masih berlangsung, negara-negara di dunia harus mengalami masalah ekonomi terutama dalam hal produksi, konsumsi dan distribusi bahan pokok dan energi.
Negara dengan resiko tinggi akibat resesi rata-rata adalah mereka yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap negara lain dalam urusan pemenuhan kebutuhn pokok dan energi dalam negerinya.
Kemudian, negara dengan praktek investasi global di dalam negerinya, mengalami hal serupa pula.
Investasi modal asing biasanya melakukan proses indrustrialisasi di negara mitra untuk tujuan pemenuhan konsumsi dalam negeri mereka.
Proses indrustrialisasi  mampu memberikan dampak kemajuan kepada negara dimana investasi ditanamkan.
Namun pada saat resesi, laju produksi bisa menjadi terganggu karena negara tujuan pengiriman hasil produksi mengurangi permintaan produk seiring melemahnya daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor.
Otomatis, karena adanya pengurangan permintaan, maka di lokasi indrustri akan melakukan penyesuaian aktivitas produksi.
Tidak dapat dipungkiri kemudian, pemutusan hubungan kerja atau PHK, melanda indrustri dan berdampak lanjutan bagi kehidupan masyarakat.
Ketergantungan yang tinggi terhadap bentuk investasi asing, dialami pula Indonesia.
Hal itu perlu diwaspadai apabila Indonesia ingin bebas dari jerat krisis yang ditimbulkan oleh adanya resesi global.
Jalan yang dapat ditempuh meminimalisir dampak ekonomi global, Indonesia bisa kembali melakukan langkah berdikari atau kemandirian ekonomi.
Semangat berdikari dulu pernah disampaikan tokoh Proklamator RI, Soekarno, dalam pemikirannya yang dituangkan dalam konsep Trisakti.
Trisakti sebagai ajaran Bung Karno berisi butir-butir diantaranya:
1. Berdaulat dalam politik
2. Berdikari dalam ekonomi
3. Berkepribadian dalam kebudayaan
Konsep kemandirian ekonomi, yang digagas Soekarno pada masa-masa awal perjuangan kemerdekaan telah menyuarakan bahaya kapitalisasi modal asing yang dibarengi imperialisme saat itu, Â menimbulkan kesengsaraan rakyat serta ekses lainnya di bidang ekonomi.
Mengenai, ungkapan Soekarno, sejarah menuliskannya dalam sebuah peristiwa "Indonesia Menggugat" yaitu peristiwa pidato pembelaannya ketika Bung Karno menghadapi pengadilan kolonial di Bandung, 92 tahun yang lalu, tepatnya pada 18 Agustus 1930.
Peristiwa sejarah tersebut mengingatkan kepada kondisi Indonesia saat  ini terutama menyangkut masalah investasi asing dan resesi.
Kita tidak ingin terjerumus dalam lubang yang sama dalam masalah ekonomi bangsa.
Resesi yang diprediksi bakal terjadi, seceaptnya dapat diantisipasi dengan pengambilan sikap kemandirian ekonomi Indonesia melalui langkah mengurangi ketergantungan nasional kepada investasi asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H