Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Perilaku Meniru dan Potret Keteladanan Orang Tua bagi Anak

13 Desember 2022   15:02 Diperbarui: 16 Desember 2022   09:37 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi imitasi prilaku anak. Photo: Kompas.com

Kegiatan sekolah pagi kembali normal.

Kelas-kelas siswa penuh sesuai jumlah rombongan belajar yang sudah ditentukan setiap hari.

Aktivitas itu menyusul dikeluarkannya kebijakan pemerintah memberlakukan secara reami keadaan normal baru bagi sekolah setelah pandemi Covid 19 dinyatakan dapat terkendali.

Penerapan kebijakan itu pun mendorong kembali munculnya kegiatan harian orang tua baik saat di rumah atau di luar rumah.

Pemandangan rutin mulai dari menyuruh anak mandi, menyiapkan sarapan, memberi uang jajan hingga penerapan hal lainnya saat mengisi suasana pagi.

Cara orang tua berbeda-beda menerapkan kebiasaan bagi anak-anaknya.

Kebiasaan bersikap baik orang tua kepada anak, akan mampu melahirkan memori tersendiri dalam ruang ingatan anak kelak.

Demikian halnya dengan prilaku buruk orang tua, anak akan mudah merekam kejadian itu hingga mendorong terbentuknya karakter kurang baik bagi anak.

Misalnya saja, saat orang tua dengan sikap marah-marahnya ketika mempersiapkan anak pergi ke sekolah, memungkinkan membentuk karakter anak menjadi pemarah dalam lingkungan yang ia masuki.

Prilaku pemarah ini, dilakukan oleh anak sebatas imitasi dari apa yang ia temukan setiap hari.

Belum bisa sepenuhnya anak menilai apakah kebiasaan marah-marah itu baik atau buruk.

Anak hanya mengisi memorinya dengan apapun yang bisa ia tangkap.

Keadaan lain, saat orang tua berkendara dan mengantar anak ke sekolah.

Orang tua, diantaranya,  mengabaikan disiplin saat mengendarai sepeda motor, seperti tanpa memakai helm, hanya menggunakan sandal jepit, tanpa menggunakan masker, kebut saat menuju sekolah, berhenti sembarangan di jalan serta parkir kendaraan seenaknya ketika tiba di sekolah dan banyak lagi kebiasaan buruk orang tua yang bisa kita saksikan setiap pagi hari.

Sikap indisipliner orang tua saat berkendara, memicu anak terbiasa melanggar ketentuan dimana pun ia berada.

Penegakan disiplin apapun, akan mudah dilanggar anak karena ia melihat kebiasaan itu dari prilaku orang tuanya yang terbiasa melanggar aturan lalu lintas.

Fenomena prikalu anak melakukan imitasi prilaku orang tuanya itu, dijelaskan Dr. Klein, yang menulis dalam artikel, "What Your Child Learns By Imitating You" dan dikutip dalam laman http://sigap.tanotofoundation.org, bahwa
perilaku anak tergantung bagaimana kita memberikan teladan yang baik pada anak.

Selama periode perkembangan kritis anak di usia dini, penting untuk memberikan contoh perilaku terbaik yang orang tua miliki.

Imitasi ini, pada suatu sisi merupakan proses awal anak menuju kepada kemandirian.

Proses lanjutannya setelah anak mampu mengimitasi, seiring waktu, anak akan sanggup melakukan banyak hal sendiri.

Celakanya, melakukan proses imitasi ini, anak tidak hanya melakukan hal yang baik-baik saja, tetapi semua kebisaan yang ditunjukan oleh orang tua dan lingkungannya.

Persoalan menilai baik atau buruk, belum bisa dilakukan anak pada usia tertentu, sehingga nasihat apapun yang disampaikan kepadanya, akan lewat begitu saja.

Anak akan nampak turut dengan nasihat baik orang tua, tetapi di belakang orang tua bisa saja berprilaku berbeda.

Ia akan kembali kepada memori yang dimilikinya saat berprilaku dalam lingkungan.

Contoh kecil, saat orang tua marah dan memukul atas kesalahan apa yang anak perbuat, besar kemungkinan anak akan menyelesaikan atau meluapkan amarahnya dengan cara marah dan akhir sikap memukul, karena itu yang ia lihat dari prilaku orang tuanya.

Tidak ada niat jahat pada saat itu ketika anak marah atau memukul. Semua dilakukannya sebatas mengikuti contoh, bahwa saat marah itu harus memukul, persis bagaimana orang tuanya melakukan hal tersebut.

Ini tantangan membesarkan anak dan pilihan orang tua berprilaku.

Akan banyak hal dikorbankan orang tua dalam fase-fase perkembangan anak seperti ini dan orang tua meski lebih banyak bersabar dan cermat berprilaku.

Jangan sampai kebiasaan buruk orang tua menjadi ingatan yang memenuhi memori anak dimasa depan.

Teladan

Dalam rangka mendukung anak menempuh kewajiban pendidikannya, orang tua bisa melakukan apa saja untuk anak.

Membelajarkan anak termasuk cara orang tua mengantarkan anak menuju cita-citanya.

Sebuah cita-cita sepenuhnya berorietasi baik, sehingga langkah-langkah sekecil apapun, harus bisa orang tua tunjukan agar track yang ditempuh anak sesuai arah capaian puncak cita-cita.

Memulai pemberangkatan dari pembelajaran yang dapat diciptakan dari rumah, bagaimana  orang tua menjadi  cermin atau sandaran bagi anak mencapai cita-cita.

Dalam hal inilah orang tua secara aktif menempatkan dirinya sebagai teladan.

Memang tidak mudah menunjukan keteladanan orang tua bagi si buah hati.

Dalam niat menunjukan keteladanan ini pun, sebetulnya banyak sekali menimbulkan pertanyaan, apa saja yang orang tua harus  lakukan?

Sebelum jauh berbicara arah langkah keteladanan,  ada baiknya kita pahami dulu apa itu keteladanan.

Dalam sebuah pengertian, keteladanan orang tua merupakan cara bagaimana orang tua memberikan contoh yang benar kepada putra-putri dan anggota keluarga lainnya.

Contoh bisa saja ditunjukan dari cara orang tua berbicara, bersikap, berfikir dan berupaya yang baik dan benar dalam  kebiasaan keluarga sehari-hari.

Artinya, bagaimana orang tua memberi pengaruh membentuk karakter anak dari keteladanan yang bisa ia tunjukan.

Setidaknya ada 5 pendekatan orang tua memiliki sikap keteladanan bagi buah hati dan anggota keluarga lainnya.

Berikut uraian seperti disampaikan dibawah ini.

1. Tetap Optimis Jalani Hidup

Sikap optimis itu identik dengan adanya motivasi hidup yang baik.

Motivasi sangat diperlukan dalam melewati fase-fase hidup yang sulit.

Kebiasaan memberikan motivasi, akan menguatkan mental anak sehingga rasa optimis akan mampu dipertahankan dalam jiwanya dan menyelesaikan setiap tantangan dengan baik.

Cara pandang optimistis bisa ditiru anak dan mereka dapat belajar secara lambat laun atau pun cepat bagaimana mengubah hidupnya menjadi lebih baik.

2. Jaga Nada Suara Anda

Nada suara bicara kita memengaruhi kondisi kejiwaan anak.

Bentakan, cacian, makian bahkan hinaan cukup ampuh menghancurkan mental buah hati.

Orang tua sebagai pendidik anak di rumah, harus menjaga betul sikap bicara saat berkomunikasi dengan siapa pun pengisi rumah atau lingkungan terdekat.

Sikap berbicara orang tua akan mudah diingat oleh si peniru ulung yaitu anak-anak.

Problem atau sikap anak macam apa pun, hendaknya sikapi dengan lebih baik oleh para orang tua seperti dengan cara memberikan tanggapan dengan nada empati dan suara yang memberi ketenangan serta pengertian.

3. Miliki Prilaku Hidup Sehat

Memilih pola hidup sehat menjadi harapan para orang tua.

Cara sederhana dengan mengatur pola konsumsi makanan, berolah raga, mengatur waktu istirahat termasuk cara orang tua merawat diri.

Anak akan meniru orang tua yang menerapkan pola hidup sehat seperti makanan yang seimbang, berolahraga, dan merawat diri sendiri.

Keadaan sehat dan bugar seperti dicontohkan orang tuanya, anak akan menirunya.

Setidaknya aktivitas meniru akan membiasakan anak memiliki pola hidup sehat pula.

Hindari mengkonsumsi bahan-bahan pangan merugikan bagi kesehatan termasuk minuman dan kebiasaan buruk lainnya dalam keluarga.

Karena anak tahu manfaat kebugaran dan suasana hati yang baik dari orang tuanya, anak akan meniru kebiasaan itu.

4. Hadir dalam Kehidupan Anak

Sehari-hari kita tinggal bersama anak.

Tetapi ada kalanya kebersamaan itu hanya untuk melewatkan waktu saja.

Anak kadang merasa jauh dari kehadiran orang tuanya saat mereka berada di rumah sekalipun.

Ini bisa karena alasan kesibukan atau prilaku orang tua dalam memberikan perhatian.

Hindari bersikap acuh tak acuh kepada anak. Anak akan memiliki rasa tersendiri apakah orang tua benar-benar ada untuk dirinya atau hanya sekedar saja berada dekat dengan dia tanpa dibarengi kepedulian terhadap hal-hal yang dibutuhkan anak secara fisik atau pun mental spiritual.

Bamyak moment-moment penting dalam fase pertumbuhan anak. Hal ini upayakan untuk diketahui dan dikawal sepenuhnya oleh orang tua.

Dengan cara ini anak akan merasa nyaman dan memahami arti kehadiran orang tua bagi dirinya.

5. Tanamkan Kejujuran

Berbicara kepada anak mengenai sesuatu yang ingin diketahuinya secara memadai dan berdasar tingkat kemampuan berpikir anak.

Memberi informasi bohong kepada anak, akan membuat informasi itu terus berkembang.

Hal ini akan menjadi buruk bagi perkembangan nalar anak, karena ia akan terus menggunakan kebohongan sebagai referensi dalam kehidupannya ke depan.

Jika ada masalah yang anak hadapi, buatlah keadaan anak menjadi tenang dengan info yang sebenarnya terjadi dan sampaikan dengan bijak sampai anak bisa memahami segala sesuatunya.

Kejujuran dalam keluarga akan  mengajarkan kepada anak sesuatu hal baik dan memahamkan bahwa berbohong itu tidak bisa diterima dalam berbagai sisi kehidupan.

Menjadi teladan itu harapan semua orang tua.

Meski berat, tantangan itu harus terus dihadapi agar orang tua mampu mencipta generasi yang lebih baik.

Selama menjalani proses pendidikannya pun, anak-anak akan lebih nyaman bersama orang tua. Apalagi proses menempuh pendidikan bisa tercipta kondusip sejak dari rumah, di sekolah dan juga saat kembali ke rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun