Mohon tunggu...
Teguh Ari Prianto
Teguh Ari Prianto Mohon Tunggu... Penulis - -

Kabar Terbaru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang KAA 1955, Sukses Tuan Rumah KTT G20 2022 dan Sajian Khas Indonesia yang Mendunia

17 November 2022   14:14 Diperbarui: 18 November 2022   10:37 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap delegasi merupakan peserta yang memiliki kesetaraan sehingga tidak ada satu pun Negara yang menjadi sangat dominan dalam pertemuan tersebut. 

Segala bentuk perundingan dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan pertimbangan matang dengan tetap menegdepankan hak-hak pribadi antar bangsa serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran tanpa mesti bertumpu pada suara mayoritas.

Begitu pula, pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan sangat mengedepankan rasa saling hormat menghormati tanpa lepas dari kebiasaan-kebiasaan dari masing-masing delegasi. Suasana sangat cair dan penuh dengan keakraban.

Itulah Madrawi, salah satu bentuk keyakinan yang berhasil terbangun di dalam benak putra bangsa. Meski berada didalam keterbatasan, mereka masih mampu bergerak dan ikhlas. 

Dengan segenap kemampuannya Madrawi membantu Negara untuk memperoleh solusi atas masalah yang dihadapinya. Bersama-sama dengan putra-putri terbaik bangsa lainnya, Madrawi mampu membuka mata dunia akan kemampuan besar Indonesia yang terpendam.

Masih banyak pendekatan lain Indonesia dalam menjamu para delegasi KAA. Selain diplomasi Madrawi itu tadi, Indonesia juga mampu menghadirkan berbagai suguhan kesenian khas Indonesia seperti angklung, tari Bali dan sederet sajian kesenian lainnya.

Tidak kalah menariknya pula, kebijakan penyelenggara KAA pada waktu itu dari segi penggunaan pakaian. Indonesia sangat terbuka dengan keberagaaman masyarakat dunia internasional. 

Dalam hal penggunaan pakaian, penyelenggara menerapkan kebijakan kepada  setiap delegasi KAA untuk mengenakan pakaian khasnya masing-masing dengan cara sopan dan tidak menimbulkan ketersinggungan kepada delegasi lain. 

Alhasil, dalam dokumentasi-dokumentasi gambar KAA, sangat mudah kita temukan bagaimana keberagaman itu nampak muncul dalam kebersamaan diantara para tamu, delegasi, tuan rumah hingga masyarakat luas yang menyempatkan hadir secara langsung pada penyelenggaraan KAA. Sungguh damainya dunia dalam keberagaman yang ada pada saat itu.

Yang terpenting selanjutnya adalah bahwa KAA telah melahirkan sebuah naskah yang disepakati dunia yaitu naskah Dasa Sila Bandung. 

Naskah ini kemudian menjadi nafas kebebasan bagi Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam menetukan nasibnya.. hal tersebut sejalan pula dengan adanya Spirit Bandung sebagai Ibu Kota Asia Afrika.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun