"Kami jadi pandumu"
Dalam kehidupan sosial, kepemimpinan itu lahir secara alamiah dan menjadi kebutuhan.Â
Pelatih-pelatih kepramukaan dari Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Bandung meyakinkan pendapat itu seraya mendemonstrasikan sejumlah permainan popular namun sederhana a la gerakan Pramuka.
Kemasan permainan disampaikan sebagai bagian rangkaian kegiatan "Implementasi Muatan Lokal (Mulok) Kepramukaan".Â
Acara diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung dengan sasaran peserta pengelola dan tutor Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) tingkat Kota Bandung di kawasan Ledeng Kota Bandung, baru-baru ini.
Berbekal alat berupa seutas tali, bola karet, kertas HVS, miniatur bendera kertas berwarna cerah, tongkat bambu, kain, gelas dan lain sebagainya. Alat-alat bantu peraga permainan yang mudah diperoleh dari lokasi sekitar kita.
Pembuktian kepemimpinan diujicobakan dalam berbagai permainan kelompok. Instruksi pelatih kepada kelompok, dalam permainan tali dan bentuk bangun datar.Â
Perintah kepada kelompok terdiri dari 14 orang, membuat bentuk formasi melingkar. Seutas tali panjang dipegang erat mengikuti pola barisan lingkaran anggota kelompok yang saling berhadapan.
Perintah pertama, lingkaran kelompok mengubah pola lingkaran menjadi bentuk bangun-bangun datar secara bertahap, mulai dari kotak, segitiga, bintang dan tanda arah panah. Setiap anggota kelompok dilarang berbicara.
Sesama anggota kelompok saling berkomunikasi dengan menggunakan tanda isyarat sebisanya.
Paham dengan apa yang harus diperbuat, anggota kelompok inisiatif bergerak. Muncul di sana gerakan-gerakan beragam. Misal, saat kelompok membuat bentuk segitiga dengan bertumpu pada tali yang dipegang, sontak semua anggota sibuk menyesuaikan diri dengan gerakan terhadap bentuk yang ingin dicapai.
Dalam posisi itu, semua orang berusaha memberi perintah satu sama lain. Lama kelamaan formasi menjadi kacau. Membuat segitiga dari tali sulit teralisasi.
Awal pelatih membiarkan pembuatan formasi bidang datar tanpa menetapkan siapa yang memimpin dalam kelompok itu. Pada saat keadaan menjadi kacau, akhirnya pelatih menghentikan sejenak permainan dan melakukan evaluasi serta berbagi pendapat atas kegiatan yang baru saja berjalan.
Membuat bentuk yang sudah disepakati, kata pelatih, jika inisiatif tidak dikelola, maka inisiatif bergerak menjadi kurang bermanfaat.
Dalam keadaan seperti ini butuh hadirnya seorang pemimpin yang mengatur formasi serta kesediaan sebagian anggota kelompok lainnya untuk taat instruksi.
Kepemimpinan dalam model formasi tali dan bidang datar ini, sangat dirasakan kehadirannya. Instruksi dan komando, akan memudahkan orang bergerak secara teratur menuju kepada pembentukan formasi yang ideal.
Setelah mendapat arahan lanjutan, permainan diteruskan dengan panduan baru yaitu adanya komando dari pemimpin dan perintah pimpinan kepada anggotanya dalam sinergi dan dinamika pembuatan formasi yang ada. Dengan cara itu, hasil terasa lebih cepat diperoleh dan jalannya proses menjadi lebih tertib.
Kepramukaan, memperlihatkan kepada kita suatu cara pandang tentang kepemimpinan dalam lingkungan sekitar kita.
Keadaan alamiah atau keterdesakan suatu kondisi tertentu, kebutuhan hadirnya pemimpin itu dalam kehidupan sosial, menjadi suatu keniscayaan.
Kompleksitas masalah dalam kehidupan masyarakat senantiasa membuat orang untuk bergerak memenuhi jalan penyelesaian persoalan hidupnya. Jika saja hal itu tidak diatur atau dipimpin, maka kekacauan akan muncul dan masalah tambah rumit.
Permainan-permainan yang identik dalam proses pelatihan kepramukaan, sesungguhnya sangat mampu membuka pemikiran kita memahami persoalan sehari-hari. Simulasi-simulasi yang mengarah kepada pencarian solusi, membuat jalan pemikiran kita menjadi lebih terbuka.
Mengemas kegiatan di alam terbuka, menambah pemahaman kesadaran tentang pentingnya kita memiliki wawasan yang luas dan bebas bergerak menuntaskan masalah-masalah yang dihadapi.
Proses-proses gerakan pramuka semacam itu lebih banyak dilaksanakan secara berkelompok. Ini artinya kita diberi kesempatan bagaimana memahami pola kehidupan bersama dalam ruang lingkup kehidupan kita yang plural.
Kepramukaan memberi sumbangsih pengetahuan yang penting bagi para pemimpin dan masyarakatnya secara luas dengan caranya tersendiri.
Lingkungan belajar pendidikan nonformal atau PKBM, sangat mungkin meperoleh manfaat besar sumbangsih tersebut apabila mampu menggerakan kegiatan Kepramukaan dalam lingkungan belajarnya.
Teladan Kepemimpinan Nasional
Gerakan Pramuka sudah cukup lama dikenal dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Tokoh-tokoh besar yang sudah mencatatkan namanya dalam Gerakan Pramuka ini.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, menempatkan Gerakan Pramuka sebagai gerakan dasar perkaderan kepemimpinan nasional sejak 14 Agustus 1961, bertepatan dengan diterimanya perintah kepada Sri Sultan dari Presiden Soekarno untuk memimpin Kwartir Nasional (Kwaran) pertama kalinya hingga empat periode kepengurusan berikutnya per tiga tahun hingga 1974.
Gerakan Kepramukaan Indonesia berlangsung di dalam dan luar negeri. Jasa Kepemimpinan Sri Sultan menuntun Indonesia memperoleh anugerah Bronze Wolf Award pada 1973 dari Word Organization of Scout Movement (WOSM).
Sejak Sri Sultan menjabat Ketua Kwarnas, kata pramuka ini beliau sematkan menjadi nama resmi Gerakan Pramuka.
Kata Pramuka itu, tulis lama pramukaria.id mengambil nama dari nama istilah "paramuka' yang berarti pasukan khusus dan terdepan di Keraton Yogyakarta pada zaman Belanda.
Atas jasa besar Sri Sultan, Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Dili tahun 1988 menyebut Sri Sultan sebagai Bapak Pramuka Indonesia berdasar Keputusan bernomor 10/Munas/1988 tentang Bapak Pramuka.
Babak selanjutnya, penguatan Gerakan Pramuka di dalam negeri muncul era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Bagaimana negara mengakomodir Gerakan Pramuka menjadi gerakan moral kesukarelaan yang berdasarkan kepada prinsip kepemimpinan yang berakar dari nilai luhur budaya bangsa sebagaimana dikemas dalam aturan normatif berupa Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Sistem kepemimpinan dalam Gerakan Pramuka, yang melatari pola perkaderan kepemimpinan nasional itu dijalankan dalam sistem among.
Istilah among merujuk kepda hasil pemikiran besar tokoh pendidikan Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara dengan gagasannya yakni, di depan menjadi teladan, di tengah membangun kemauan, dan di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian.
Ketiga prinsip kepemimpinan di atas sesuai dengan yang kita pahami sebelumnya, itu berangkat dari kalimat ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, serta tut wuri handayani.
Keterhubungan yang jelas, mata rantai sejarah Gerakan Pramuka Indonesia dalam merancang pola kepemimpinan bagi bangsa yang abadi, menunjukan bahwa bangsa Indonesia sangat peduli kepada upaya perkaderan kepemimpinan bangsa.
Kepemimpinan sejatinya lahir dengan latar belakang dan proses perkaderan yang jelas serta terproyeksi untuk mampu menjawab tantangan masa depan. Gerakan Pramuka melakukan hal ini kepada rakyat Indonesia tanpa batasan usia.
Rakyat dalam rentang usia dini hingga dewasa memiliki keleluasaan untuk menjadi bagian dari Gerakan Pramuka. Beda-beda usia itu nantinya akan disinkronkan dengan tingkat-tingkat kemahiran tanpa perlu diikuti secara berjenjang.
Dari mana saja kita akan mulai mengikuti Gerakan Pramuka dan dari usia berapa pun, aturan secara tegas memperbolehkannya.
Pada penetapan tingkat kemahiran berdasarkan beda usia itu, Jenjang pendidikan kepramukaan terdiri atas jenjang pendidikan siaga, penggalang, penegak, dan pandega dengan rentang usia 7 sampai dengan 25 tahun. Mereka dalam jenjang pendidikan itu kemudian dinamai anggota muda.
Kepramukaan itu juga sangat memberi peluang kepada siapa pun mengembangkan skill-skill potensial diri atau kelompok masyarakat (komunitas) melalui proses pelatihan kecakapan khusus.
Rentang usia di atas anggota muda, terdapat tenaga pendidik dengan sebutan-sebutan istilah diantaranya, pembina, pelatih, pamong, dan instruktur.
Pemilik predikat istilah-istlah ini adalah meraka yang dinyatakan memenuhi persyaratan standar tenaga pendidik. Serta dalam pendidikan kepramukaan itu disebut sebagai anggota dewasa.
Tanpa ketinggalan, tentunya dalah peran orangtua. Dalam konsep Gerakan Pramuka, orangtua memiliki peran penting dalam hal pengawasan dan perolehan informasi tentang keikutsertaan anaknya dalam Kepramukaan.
Ada juga kewajiban memberikan dukungan kepada anak dan juga satuan Gerakan Pramuka sesuai dengan batas kemampuan.
Dalam konsep dan praktIk kependidikannya, Gerakan Pramuka memiliki ciri utama pendidikan Kepramukaan, yaitu bahwa pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai Gerakan Pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup.
Ini, hanya sebagian kecil saja dari pemahaman dari begitu banyaknya pemahaman tentang Gerakan Pramuka di Indonesia.
Prinsip-prinsip dasar Kepramukaan, sudah sangat ideal menjadi dasar pijakan perkaderan kepemimpinan nasional.
Baik secara pengalaman atau pun sepak terjang yang dilakukan para pendahulu Gerakan Pramuka sendiri, menunjukan bahwa keteladanan kepemimpinan itu betul-betul kita miliki.
Keteladan dan kesiapan generasi penerus kepemimpinan bangsa merupakan suatu kesatuan langkah membangun Indonesaia maju.
Bersama dengan bangkitnya semangat ini, mengapa tidak jika PKBM juga bergerak menjadi pelopor lahirnya insan-insan kepemimpinan nasional untuk saat ini dan masa yang akan datang.Â
Gerakan Pramuka dan PKBM, wujudkan karakter bangsa yang hidup ke arah yang lebih baik dengan dasar kepemimpinan yang kuat dan berkarakter nilai luhur bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H