Permainan-permainan yang identik dalam proses pelatihan kepramukaan, sesungguhnya sangat mampu membuka pemikiran kita memahami persoalan sehari-hari. Simulasi-simulasi yang mengarah kepada pencarian solusi, membuat jalan pemikiran kita menjadi lebih terbuka.
Mengemas kegiatan di alam terbuka, menambah pemahaman kesadaran tentang pentingnya kita memiliki wawasan yang luas dan bebas bergerak menuntaskan masalah-masalah yang dihadapi.
Proses-proses gerakan pramuka semacam itu lebih banyak dilaksanakan secara berkelompok. Ini artinya kita diberi kesempatan bagaimana memahami pola kehidupan bersama dalam ruang lingkup kehidupan kita yang plural.
Kepramukaan memberi sumbangsih pengetahuan yang penting bagi para pemimpin dan masyarakatnya secara luas dengan caranya tersendiri.
Lingkungan belajar pendidikan nonformal atau PKBM, sangat mungkin meperoleh manfaat besar sumbangsih tersebut apabila mampu menggerakan kegiatan Kepramukaan dalam lingkungan belajarnya.
Teladan Kepemimpinan Nasional
Gerakan Pramuka sudah cukup lama dikenal dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Tokoh-tokoh besar yang sudah mencatatkan namanya dalam Gerakan Pramuka ini.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, menempatkan Gerakan Pramuka sebagai gerakan dasar perkaderan kepemimpinan nasional sejak 14 Agustus 1961, bertepatan dengan diterimanya perintah kepada Sri Sultan dari Presiden Soekarno untuk memimpin Kwartir Nasional (Kwaran) pertama kalinya hingga empat periode kepengurusan berikutnya per tiga tahun hingga 1974.
Gerakan Kepramukaan Indonesia berlangsung di dalam dan luar negeri. Jasa Kepemimpinan Sri Sultan menuntun Indonesia memperoleh anugerah Bronze Wolf Award pada 1973 dari Word Organization of Scout Movement (WOSM).
Sejak Sri Sultan menjabat Ketua Kwarnas, kata pramuka ini beliau sematkan menjadi nama resmi Gerakan Pramuka.