Ramainya kota, terbukanya ruang-ruang sosial serta tingginya interaksi warga diruang publik, oleh sebagian pihak, Â kondisi itu dicermati akan mampu dijadikan kesempatan praktek berliterasi kepada khalayak umum.
Suatu cara misalnya adalah menghadirkan perpustakaan portable atau kotak-kotak baca sederhana agar publik mampu menjangkau sumber-sumber literasi dengan mudah.
Lapak-lapak baca juga suatu saat nampak berderet diruang-ruang terbuka seperti taman atau alun-alun kota lengkap dengan layanan pegiatnya.
Bahkan ada juga safari-safari literasi dari kampung ke kampung guna menjangkau sudut-sudut rutinitas warga agar tetap mampu berpraktek literasi.
Mengemas tema-tema khusus untuk dilahap publik lalu mendorong mereka pada suatu ruang tertentu seperti gunung, lokasi berkemah, galeri bahkan warung kopi sekalipun. Mereka  senantiasa berinteraksi menggaungkan geliat literasi.
Tidak kalah menarik pula, ajang-ajang penilaian atau unjuk kebolehan wawasan untuk mengangkat pihak-pihak tertentu memperoleh predikat layak berliterasi.
Dengan cara-cara itu, dapat kita saksikan bagaimana literasi membumi. Upaya sadar agar kehidupan meningkat secara kualitas. Tantangan yang berkembang dapat dihadapi dengan kesigapan kepemilikan ilmu pengetahuan maju.
Optimalisasi Layanan
Kita tahu, begitu banyak pihak terpacu menghadirkan pemahaman literasi kepada khalayak publik.
Namun demikian usaha-usaha hebat itu masih saja mendapatkan sisi hambatan dari pihak lain.
Layanan literasi terkadang jauh panggang dari api. Berbagai problem menghambat laju usaha pihak terkait sejalan dengan problema sosial yang berjalan diperkotaan.