Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Bahagiamu Bukan Aku, Oke, Aku akan Menghilang Saja

17 November 2022   17:41 Diperbarui: 17 November 2022   17:45 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                    


"Rani, kenapa sih kamu mau pergi menyendiri?, aku bosan dengan dunia tanpa mu, lantas kau tetap putuskan pergi?, sekalipun itu menyiksaku?, kau bilang kau cinta padaku? nyatanya apa!"

"Tapi kau tadi sudah setuju arga, kenapa kau pertanyakan lagi hal yang sudah kau setujui?. Iya memang sudah ku setujui karena dirimu terus mengulang-ulang keinginan itu sekalipun diawal tidak kusetujui, tampaknya kau memang ingin agar semua ini menghilang ya?"

"Tidak bukan seperti itu arga, tadi kan kita sudah sepakat untuk saling berjauhan terlebih dahulu, tolong kamu bersikap dewasalah."

"Oke rani, kalau begitu pilih saja kebahagian mu, jalankan lah itu, kau tanggung akibat nya jika ini semua berujung kekacauan, karena aku tahu arah semua hal-hal seperti ini, hanyalah kehampaan, kekosongan dan hanyalah penghancuran yang sudah pernah dibangun."

"Yasudahlah, terserah mu saja arga, yang penting tadi kita sepakat, aku mau sendiri dulu dan kamu jangan ganggu-ganggu aku lagi."

"Yasudahlah terserah mu saja rani."

Begitulah malam yang disertai hujan deras dan percakapan penuh kekesalan, amarah, pemikiran, logika, dan perasaan yang membingungkan antara aku bersama rani. Pikirku yasudahlah kalau memang itu keputusan yang membuat dia bahagia, terserah dia saja, toh juga dibilang tidak mau itu akan menyiksa keduanya, tidak ada guna memang semua ini, hanya membuat unhappines saja. Hahh, pusing terserah dia sajalah, lebih baik aku lanjut menulis saja, namun ketika mau menulis pun sudah pusing diluan, jadi tidak semangat lagi dan ngasal juga, terserah dia sajalah, biarkan sepala hancur, hancur saja semua ini 

Dia juga tahu bahwa pembatasan terhadap ruang dan waktu hanya membuat satu dengan yang lainya semakin asing, dan berpotensi untuk kehancuran-kehancuran yang berpotensi pada setiap hubungan yang harus menghadapi masalah demikian.

Sungguh kesal tak berujung, semua hal baru saja indah, namun seketika buruk dan hancur lagi, begitulah dia, sesukanya saja membolak-balikan perasaan orang tanpa dia tahu akibat nya apa pada kehidupan orang tersebut. 

Aku juga bodoh, menyangkutkan terlalu dalam perasaan kepada rani, yasudahlah pusing juga memikirkanya terus, sepertinya aku harus pulang ke medan untuk mencari ketenangan dengan bertemu dengan keluarga dan sahabat-sahabat ku, walau aku tahu mereka hanyalah jenis kekosongan yang lainya. 

Esok harinya arga pergi menaiki mobil travel dari tempatnya di tapanuli tengah berangkat ke medan untuk berlibur sekaligus menghilangkan stres dari semua masalah hidup yang menimpanya.

Arga memesan tiket berangkat jam 9 malam, posisi malam itu hujan deras maklum lah sudah bulan-bulan pengujung tahun, ia pun berangkat. 

Mobil travel melaju, penumpang dalam mobil itu muat untuk 10 orang, namun arga tidak perdulikan siapa yang duduk disebelahnya, pikiranya sudah sangat pusing melihat semua kejadian yang ada, yasudah dia tidur saja.

Mobil menyusuri jalan gelap disertai hujan malam itu, mobil melaju terus tidak terasa sudah hampir sampai siantar, namun belokan di depan cukup tajam...

higghhhhhhhh (suara rem mobil)... duarr, gubrakkk (suara mobil tergelincir), mobil travel yang dinaiki arga tergelincir dan masuk kedalam jurang..

Titt.tittt,tiiiit... suara Elektrokardiograf, alat pengecek denyut jantung manusia...

Pihak kepolisian merespon dengan cepat kejadian kecelakaan itu, dan mengevakuasi para korban dari lubang jurang dan memindahkan ke rumah sakit terdekat di kota siantar.

6 koran meninggal dunia, 5 penumpang termasuk supir. Dan sisa 4 orang yang terluka berat, termasuk arga.

Untung nya arga membawa identitas lengkap di dalam dompet di saku kanan celana cargo nya, jadi polisi bisa dengan mudah mengidentifikasi arga dan keluarga nya, untuk polisi menghubungi keluarga arga.

Keluarga arga pun datang ke rumah sakit buru-buru dari medan untuk menjenguk arga, namun sayang luka di bagian kepala belakang terlalu berat dan menyebabkan pendarahan parah.

"Bu..maaf" kata dokter kepada ibu arga.

Seketika suara isak tangis pecah diruang tunggu unit gawat darurat, "anak kuuuu." teriak ibu arga. disertai suara tangisan seluruh keluarga. 

Keesokan harinya mayat arga langsung dibawa keluarga pulang kerumah, untuk diadatkan dan kemudian untuk dimakamkan di kampung mereka di laguboti. Acara pemakaman pecah dengan isak tangis keluarga, teman, kolega, dan saudar-saudara arga lainya.

1 minggu kemudian, setelah pemakaman...

Rani mencoba membuka blok semua sosmed yang terhubung ke arga dan mencoba menghubungi nya lewat Whatsapp, namun nomor arga yang dihubungi rani sudah tidak aktif.

Rani pun sangat penansaran karena semua medsos arga sudah tidak aktif lagi, akhirnya rani memutuskan untuk datang kerumah arga langsung. Dan sesampainya dirumah arga, rani mencoba memanggil arga..

Adik arga yang paling kecil kemudian keluar menjawab panggilan itu, lalu kemudian mengajak rani duduk di bangku teras rumah.

"Kak, bang arga udah ga ada... kemarin kecelakaan" ujar adik arga ke rani.

"hah, apasih dek, jangan becanda lah, mana abang arga nya, dirumah dia?" jawab rani tidak percaya

"hmm, yaudah masuk aja kak tanya sendiri sama mama." jawab adir arga yang malas meladenin rani dan kemudian langsung masuk kembali ke kamarnya.

Rani pun mulai takut dan cemas, kemudian langsung masuk ke rumah dan menanyai keberadaan arga kepada ibunya yang sedang duduk diruang tamu.

Kemudian suasana hening, lalu isak tangis ibu arga pecah kembali, dan mengatakan kepada rani bahwa arga sudah tidak ada, dan sudah dikuburkan.

Seketika itu juga rani terduduk melamun tanpa satu kata apapun.

TAMAT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun