Dalam dunia politik setiap pemainya pastilah ingin memiliki kekuasaan juncto haus kehormatan, itulah yang diperebutkan dalam politik, siapa yang paling memiliki kuasa dialah pemenangnya.
Menundukkan lawan pun tak jarang dengan cara-cara yang licik, seperti menyuap, menyogok, mengintervensi, menghukum orang menggunakan kekuasaanya, menghasut, menebarkan berita bohong untuk menjelekan lawan politiknya, ya begitulah kira-kira darah kotor dalam tubuh politik.
Kadangkala ketika manusia sudah sangat haus kekuasaan dan dibutakan oleh keinginan mendapatkan jabatan, dia rela untuk melkaukan kejahatan berat seperti membunuh. Inilah salah satu bentuk pelanggaran HAM berat membunuh seseorang untuk mendapatkan jabatan atau kekuasaan.Â
Seorang pejabat dengan gaji 10 juta, mustahil untuk membeli lambhorgini jika dia tidak punya usaha, kalaupun ada sumbernya dari mana, usahanya apa, laba bersih usaha berapa, kegiatan oprasional usahanya apa, semua kan harus dibongkar.
Sejatinya kekuasaan politik tertinggi adalah ditangan rakyat, namun fakta yang terjadi adalah sebaliknya, rakyatlah yang berada di tangan kekuasaan.
Kadangkala kita merenungi dan bertanya "kenapa sih politik bisa sampai sekotor itu, apakah memang mustahil untuk politik itu jadi bersih, apakah benar setiap orang yang berkuasa itu korup?", ya jawabanya kita lihat saja fakta apa yang terjadi pada pejabat kita hari-hari ini, begitulah cerminannya.Â
Apa yang bisa kita lakukan sebagai rakyat?, ya seperti biasa, tetaplah terus ikuti aturan, bekerja, kemudian tidur, lalu besoknya bekerja lagi.Â
"Jika ingin menguji sifat asli seseorang, beri dia kekuasaan"
-Abraham Lincoln, Presiden amerika ke-16
Demikian artikel ini ditulis sebagai bentuk kritik, terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H