Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kekotoran Dunia Politik

13 November 2022   12:08 Diperbarui: 13 November 2022   12:18 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi pribadi)

Dalam dunia politik setiap pemainya pastilah ingin memiliki kekuasaan juncto haus kehormatan, itulah yang diperebutkan dalam politik, siapa yang paling memiliki kuasa dialah pemenangnya.

Menundukkan lawan pun tak jarang dengan cara-cara yang licik, seperti menyuap, menyogok, mengintervensi, menghukum orang menggunakan kekuasaanya, menghasut, menebarkan berita bohong untuk menjelekan lawan politiknya, ya begitulah kira-kira darah kotor dalam tubuh politik.

Kadangkala ketika manusia sudah sangat haus kekuasaan dan dibutakan oleh keinginan mendapatkan jabatan, dia rela untuk melkaukan kejahatan berat seperti membunuh. Inilah salah satu bentuk pelanggaran HAM berat membunuh seseorang untuk mendapatkan jabatan atau kekuasaan. 

Seorang pejabat dengan gaji 10 juta, mustahil untuk membeli lambhorgini jika dia tidak punya usaha, kalaupun ada sumbernya dari mana, usahanya apa, laba bersih usaha berapa, kegiatan oprasional usahanya apa, semua kan harus dibongkar.

Sejatinya kekuasaan politik tertinggi adalah ditangan rakyat, namun fakta yang terjadi adalah sebaliknya, rakyatlah yang berada di tangan kekuasaan.

Kadangkala kita merenungi dan bertanya "kenapa sih politik bisa sampai sekotor itu, apakah memang mustahil untuk politik itu jadi bersih, apakah benar setiap orang yang berkuasa itu korup?", ya jawabanya kita lihat saja fakta apa yang terjadi pada pejabat kita hari-hari ini, begitulah cerminannya. 

Apa yang bisa kita lakukan sebagai rakyat?, ya seperti biasa, tetaplah terus ikuti aturan, bekerja, kemudian tidur, lalu besoknya bekerja lagi. 

"Jika ingin menguji sifat asli seseorang, beri dia kekuasaan"

-Abraham Lincoln, Presiden amerika ke-16

Demikian artikel ini ditulis sebagai bentuk kritik, terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun