Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tan Malaka, Pahlawan yang Mengorbankan Kebahagian Hidupnya untuk Kemerdekaan Indonesia

10 November 2022   11:13 Diperbarui: 10 November 2022   11:21 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita dalam perjuangan revolusioner tidak mengambil inisiatif duluan, maka lawan mendapatkan keuntungan menguasai kemauan dan perbuatan ktia sehingga kita dipaksa dalam keadaan pasif melumpuhkan.
- Tan Malaka

Begitulah salah satu ungkapan bapak Tan Malaka tentang pandanganya terhadap perjuangan revolusi pada saat masa transisi indonesia menuju kemerdekaanya. 

Tan Malaka lahir dengan nama asli Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka tapi dikenal baik dengan panggilan Tan Malaka. 

Tan Malaka lahir di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda. Tanggal lahirnya bervariasi dari sumber ke sumber, tetapi kemungkinan antara tahun 1894 dan 1897.

Alasan mengapa saya menulis artikel tentang bapak Tan Malaka di hari pahlawan ini, karena beliau merupakan pahlawan favorit saya, saya senang membaca buku karya bapak Tan Malaka, seperti GerPoLek, Madilog, Dari Penjara ke Penjara dan berbagai buku biografi tentangnya. 

Hal yang saya suka dari pahlawan kita ini adalah kisah tentang perjuanganya pada masa perjuangan kemerdekaan, nama bapak Tan Malaka memang jarang disebutkan oleh masyarakat indonesia, mungkin juga karena pada waktu SD waktu belajar sejarah tidak pernah saya dengar atau di ajarkan tentang kisah pahlawan yang satu ini. 

Karena kemisteriusannya inilah saya mempelajari tokoh ini setelah tamat sekolah, lewat buku-buku dan channel youtube saya belajar tentang Tan Malaka. 

Semasa kecil nya beliau memang sudah terkenal cerdas di sekolahnya, dan dikampungnya, ia selalu berhasil meraih juara di kelas nya, kegemaranya adalah berenang di sungai di kampungnya, kadang sangkin asiknya berenang ia sampai lupa waktu dan ibu nya menghukum Tan Malaka dengan cara mencubit pusar nya. Begitulah kisah masa kecil Tan yang saya ketahui.

Bertumbuh besar, kemudian guru nya merekomendasikan agar Tan Malaka sekolah keluar negeri, di eropa karena gurunya menganggap sayang sekali apabila kecerdasan Tan Malaka tidak diasah disekolah di eropa, oleh karena itu para warga kampung di desanya patungan mengumpulkan uang untuk membiayai sekolah dan keberangkatan Tan, ke Benua salju itu.

Sesampainya disana, ia banyak belajar tentang ilmu pengetahuan yang baru, mulai dari filsafat, bahasa belanda, sejarah belanda, ilmu perang, dan banyak pengetahuan yang dilahap nya dari buku-buku di perpustakaan sekolahnya di eropa, buku karya intelektual eropa habis dilahapnya.

Tan Malaka dalam bukunya Madilog tampak jelas memang seorang pahlawan yang sangat ahli dalam ilmu ukur, matematika, taktik perang dan ilmu sosial lainya, kesan saya setelah membaca buku tersebut sungguh sebuah karya yang jenius.

Walau saya kesulitan untuk mencerna Madilog, namun saya punya perasaan bahwa buku itu ditulis dengan tulus dan kecerdasan yang orisinil.

Tan Malaka adalah pahlawan bangsa ini, jasa nya amat besar bagi negeri ini, dialah orang yang pertama kali mengkonsep "Negara Republik Indonesia", yang diterangkan lewat buku tulisanya "Naar de republik Indonesia" , "Menuju Republik Indonesia".

Kecerdasan Tan melampaui zamanya, pengetahuan yang iya dapatkan sewaktu sekolah dibayarnya tuntas lewat perjuanganya.

Tan Malaka rela menjadi buronan internasional, menjelajah 11 negara dengan 23 nama samaran, menguasai 8 bahasa. Berbagai pekerjaan dilakukanya demi bertahan hidup dan menyempurnakan penyamaran nya, mulai dari tukang ketik, guru bahasa inggris dan lainya.

Hidup dalam pelarian selama kurang lebih 20 tahun, menyusuri berbagai negara, menerobos berbagai hutan, menyamar, membantu perjuangan lewat bayang-bayang, mendirikan Partai Murba sebagai bentuk aksi perjuangan dalam negeri, melawan penjajah dari balik hutan ke hutan. 

Dalam bukunya Gerpolek, sangat jelas terlihat pemikiran dan sikap Tan Malaka terhadap penjajah, dia tidak mau tunduk sedikit pun, dia tidak mau berunding, ia percaya bahwa berjuang sampai akhir dengan slogan nya merdeka 100% tetap menjadi prinsip dasar nya tentang kemerdekaan indonesia.

Namun pada masa itu mungkin beberapa pergolakan politik terjadi dan perbedaan pikiran antara Tan dan pemimpin masa itu sangat jauh berbeda, oleh karena itu dia lebih memilih melindungi negeri lewat bayang-bayang bergrilya sampai akhir hidupnya.

Inilah alasan kenapa saya sangat memfavoritkan pahlawan yang satu ini. Walau dibalik semua kontroversinya bapak pahlawan satu ini tetap saya senangi, sifatnya yang tulus dalam perjuangan, mengorbankan kesenangan hidupnya, pemberani, dan cerdas membuat saya semakin takjub dengan kisah kepahlawanan beliau.

Pada akhirnya, Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.

Terakhir, menurut saya sebaiknya karya-karya beliau baik dalam bentuk buku dan pemikiran-pemikiran nya bisa jadi materi kajian anak-anak di negeri ini dari mulai tingkat SD sampai tingkat perkuliahan, karena bagaimanapun beliau adalah pahlawan negeri ini dan memiliki jasa yang besar buat bangsa ini, menghormatinya dengan cara mempelajari karya nya adalah bentuk sikap yang seharusnya ditelurkan mulai sekarang.

Mempelajari kisah perjuangan beliau membuat kita mengerti akan prinsip dasar semangat bangsa ini, bagaimana sebenarnya bangsa ini kuat dan rakyatnya pemberani, begitulah semangat yang harus kita punya sebagai anak bangsa.

Selamat Hari Pahlawan

10 November 2022

Baca juga : https://www.kompasiana.com/tegarsianipar77/63066f4d08a8b530dd2603c2/akar-masalah-sistem-pendidikan-di-indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun