Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menipu Otak Agar Belajar

20 September 2022   12:58 Diperbarui: 20 September 2022   13:02 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat seorang anak kecil mencoba berjalan lalu terjatuh mereka tidak peduli dan merasa malu karena gagal berdiri, orang tua pun tidak akan marah jika anaknya gagal berdiri.

Fokusnya ada pada tujuan untuk bisa berjalan dan merayakan kesuksesan si anak ketika dia berhasil berjalan, semua akan tertawa senang dan memujinya.

Mark Rober

Mark Rober adalah seorang ilmuawan, dan juga youtuber terkenal dari Amerika, di salah satu program berjudul 'Ted Talks' dia menyampaikan satu materi yang sangat menarik, yaitu trik agar otak bisa belajar lebih banyak.

Mark dan temannya membuat sebuah puzzle dan meminta pengikutnya di Youtube untuk memainkannya tujuan dari puzzle ini adalah mengarahkan mobil dengan blok kode (yg ada di gambar sebelah kanan) yang menampilkan tipe operasi pemrograman.

Ketika pemain merasa puas dengan kodenya, mereka akan menekan tombol run dan mobil akan bergerak mengikuti urutan kode yang mereka buat. Dia berkata eksperimen ini bertujuan untuk membuktikan bahwa semua orang dari latar belakang apapun bisa belajar koding. 50.000 orang pengikutnya mengambil test ini.

Tapi sebenarnya dia tidak bermaksud membuktikan bahwa semua orang bisa koding. Yang pesertanya tak sadari adalah Mark membuat 2 tipe test yang berbeda secara acak.

Satu versi, jika kita gagal mencapai finish, kita tidak akan kehilangan point sama sekali, yang ada hanyalah pesan "Gagal. silahkan coba lagi", tetapi di versi lainnya jika kita gagal program akan menampilkan pesan berbeda yaitu "Gagal. Point berkurang 5. Point anda sekarang 195. Silahkan coba lagi."

Berikut adalah data yang dikumpulkan oleh Mark

sumber : MarkRober
sumber : MarkRober

Untuk peserta yang menerima peringatan pengurangan point ratio kesuksesannya adalah 52% namun untuk peserta yang tidak mendapatkan pengurangan sama sekali ratio kesuksesannya 68% perbandingan 16% yang cukup besar hanya berdasarkan pesan yang berbeda, data berikutnya yang diambil Mark adalah jumlah percobaan rata-rata pemain agar berhasil yang bisa dilihat di kotak warna oranye, untuk orang yang mengalami pengurangan point sebanyak 5 percobaan dan untuk mereka yang tidak menerima pengurangan point adalah 12 percobaan, dari sini Mark mengambil kesimpulan bahwa mereka yang tidak melihat sisi negatif dari kegagalan mencoba 2 kali lipat lebih banyak daripada mereka yang kekurangan point.

Sebagai hasilnya mereka lebih fokus ke keberhasilan dan mungkin belajar lebih banyak, trik dari belajar lebih dan meraih kesuksesan lebih banyak adalah dengan mencari cara yang benar untuk membuat kerangka belajar, Mark berkata "Bagaimana jika kita belajar tanpa memikirkan kegagalan, berapa banyak keberhasilan yang bisa kita raih ? berapa banyak kita bisa belajar ?"

Sudut Pandang Terhadap Kegagalan

Tidak bisa kita pungkiri kegagalan adalah suatu hal yang mengerikan, ketakutan akan gagal seringkali menjadi alasan kita tidak melakukan sesuatu, manusia seringkali terlalu fokus pada pandangan orang lain, kita sering takut mencoba hal baru karena merasa malu dipandang konyol oleh orang lain, "Rasa takut menjadi alasan kita tidak pernah mencoba"

Tapi mungkin bukan kegagalan itu yang menakutkan, barangkali cara kita melihat kegagalanlah yang menakutkan. Sebagai contoh, kita bisa melihat eksperimen yang dilakukan oleh Mark, kedua grup gagal, tapi mereka mendapatkan kesan yang berbeda, untuk sebagian peserta itu sesimpel silahkan coba lagi namun untuk sebagian yang lain "Kamu kehilangan nilai, silahkan coba lagi" mereka menyerah lebih cepat dari pada sebagian lagi yang tidak melihat adanya pengurangan point.

Sudut pandang kita akan kegagalan juga seperti itu, kita melihat kegagalan sebagai sesuatu yang buruk dan menyakitkan, kita berpikiran bahwa itu tidak seharusnya terjadi, kita merasa harus menyembunyikan kegagalan kita dari orang sekitar yang mungkin akan menilai kita buruk.

Super Mario Effect

Mark memperkenalkan "Super Mario Effect" dengan mengambil game Super Mario sebagai contoh bagaimana kita menerapkan konsep ini.

Mark bercerita sewaktu dia kecil game itu sangat terkenal, temannya akan bertanya "Kamu sudah sampai level berapa ?" mereka tidak pernah bertanya tentang rincian bagaimana mereka mati di dalam game, dia bilang tidak ada orang yang mencoba game itu untuk pertama kalinya dan langsung menyerah.

Dia berkata ketika kita masuk ke dalam lubang kita akan mengingat caranya untuk selamat di kesempatan berikutnya seperti lari lebih cepat dan melompat agak telat agar bisa melewati lubangnya, fokus dan obsesi kita akan tertuju untuk menaklukan game itu agar kita bisa bertemu dengan Princess Peach bukan dengan betapa bodoh kita kelihatannya saat menabrak pipa dan jatuh ke lubang.

Hasil dari sikap itu akan membantu kita dalam belajar bagaimana cara untuk mencapai tujuan kita daripada berfokus pada kegagalan yang kita alami sewaktu melakukannya, kita berfokus bagaimana cara mencapai keberhasilan, konsep Super Mario Effect ini bisa kita terapkan di dalam kehidupan kita, layaknya anak kecil yang sedang belajar berjalan, mereka tidak akan berhenti hanya karena jatuh sekali mereka akan mencobanya lagi hingga bisa berjalan dengan lancar.

Ketika bermain game kita belajar dari kesalahan, bukan berfokus pada kegagalan, mungkin rasanya akan menyebalkan jika kita terjebak di level yang sama dalam waktu lama, tapi itu tidak menyakitkan, kita tidak pernah meragukan diri kita ketika gagal di game, malah kita akan semakin semangat agar bisa meraih lebih.

Mark ingin kita melihat kegagalan dalam hidup kita seperti kita melihat kegagalan di dalam game, kegagalan dapat terjadi dan itu hal yang biasa, kita harus menerima bahwa kegagalan adalah hal yang menyebalkan, tetapi itu bisa dijadikan motivasi.

Kegagalan bukan lawan kata dari kesuksesan seperti layaknya miskin lawan kata dari kaya. Menjadi miskin dalam waktu yang lama tidak akan membuat kita kaya, tapi gagal terus menerus membuat kita belajar lebih banyak dari kesalahan yang nantinya akan membawa kita ke kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun