Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

3 Penyebab Minimnya Masyarakat Indonesia yang Paham Investasi Saham

24 Agustus 2022   13:09 Diperbarui: 24 Agustus 2022   19:21 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang investasi saham dengan orang-orang terdekat disekeliling kita seperti teman terdekat, keluarga, ataupun orang-orang yang kita temui di warung kopi, seringkali ketika kita mengatakan investasi saham terasa seperti sedang membahas hal tabuh yang terlarang atau menakutkan dan juga identik dengan penipuan dan kegagalan. 

Stigma yang muncul pertama kali di benak keluarga saya ketika saya bercerita ke mereka bahwa saya sekarang berinvestasi saham seperti bercerita kearah saya ingin melakukan tindakan kriminal.

Mereka langsung memberi Warning terhadap saya seperti, "Eh, hati-hati kau awas tertipu nanti hilang uangmu", atau "Eh, gak usahlah kau main-main saham gitu hilang nanti uangmu semua, rugi nanti kau, ada kawanku kemarin main saham sekarang jadi gila dia karena habis hartanya".

Mendengar paradigma seperti ini tentang investasi saham dari keluarga, sahabat dan masyarakat sekitar yang saya jumpai saya jadi merasa terangsang untuk mencari tahu mengapa pembahasan tentang investasi saham semacam ini menjadi momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat Indonesia.

Setelah coba saya bedah akhirnya saya coba merumuskan akar masalah tersebut kedalam 3 sebab, berikut sebab-sebabnya:

1. Masyarakat Indonesia Belum Banyak yang Paham Apa Itu Saham

Mungkin sedikit banyaknya masyarakat Indonesia cukup sering mendengar kata Investasi, dan mungkin sudah cukup banyak juga yang tahu dan paham arti dasar dari investasi.

Mungkin akan disamakan dengan menabung, menanam modal dengan harapan imbal hasil, sebagian beranggapan cukup baik dengan kata investasi, namun ketika sudah kearah saham banyak dari masyarakat yang belum paham.

Apa itu saham? Menurut KBBI definisi dari saham adalah Bagian, Andil; sero (tentang permodalan).

Sementara saya berpendapat definisi saham adalah suatu bentuk kepemilikan atas bisnis perusahaan yang ditentukan banyak jumlahnya berdasarkan berapa jumlah lembar saham yang kita beli dari total uang yang sudah kita investasikan terhadap suatu perusahaan. 

Sederhananya investasi saham itu kita menginvestasikan uang kita ke perusahaan dengan tujuan dan harapan investor saham akan menerima keuntungan dari hasil investasinya.

Jadi seorang investor saham dapat mengatakan dan berbangga dengan dirinya sebagai pemilik sebagian dari bisnis perusahaan A misalnya, seperti itu.

Saat saya coba bertanya kepada ibu saya, abang, adik, teman dan sahabat dekat saya, "Apa itu saham?"

Kebayakan dari mereka menjawab "itu kan yang kayak bitcoin-bitcoin itu kan", atau ada juga yang menjawab "kayak si Indra kenz itu kan?". Atau ada juga yang lebih parah dia menjawab "gak tahu.", tapi sanggup memberikan argumen sekaligus memperingatkan saya untuk tidak main saham, padahal dia sendiri saja tidak tahu apa itu saham. 

Saya cukup berani menyimpulkan bahwa inilah alasan utamanya mengapa sebagian masyarakat Indonesia takut dengan investasi saham, ya karena pada dasarnya mereka tidak paham apa itu saham tidak heran mengapa sampai saat ini menurut data yang dirilis BEI (Bursa Efek Indonesia) per awal juni 2022, 

Indonesia hanya baru punya sekitar 8,8 juta investor saham, saya pernah melakukan riset kecil mendata berapa total jumlah manusia yang masih bisa dikatakan layak paham investasi.

Saya ambil dari data BPS per februari 2022 tentang jumlah penduduk Indonesia usia produktif dari umur 15-49 tahun totalnya ada sekitar 150 juta jiwa itu artinya investor saham Indonesia saat ini hanya sekiar 5,8% yang paham.

Sekali lagi ini menurut saya sebagai penulis ya, untuk ukuran usia produktif yang saya rasa masih bisa layak untuk belajar investasi saham. 

Dan memang total ini tentu akan terus dinamis, semoga kelak akan semakin bertambah jumlahnya.

2. Riwayat Pemberitaan yang Cukup Buruk Mengenai Investasi di Indonesia

Masih hangat diingatan kita tentang kasus investasi bodong Indra Kenz dari aplikasi Binomo yang cukup banyak menelan banyak korban dengan kerugian yang ditaksir hampir 83 miliar dari total 144 orang yang tertipu dari investasi bodong tersebut, 

Investasi yang menawarkan return yang sangat besar dan tidak masuk akal, yang berujung kepada penipuan.

Investasi bodong juga kerap kali banyak menyeret nama-nama artis atau orang terkenal sehingga pemberitaannya di media jadi seperti tampak besar dan cepat menyebar oleh sebab itu masyarakat yang mengkonsumsi berita tersebut cenderung menelan bulat-bulat tanpa tahu apa jenis investasi bodong yang diberitakan.

Seperti Binomo itu jelas bukan investasi saham, itu judi berkedok trading karena tidak ada perusahaan atau bisnis yang sudah jelas fundamentalnya yang di perdagangkan di binomo beda dengan di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang informasi dan riwayat hukumnya jelas. 

Ada pula masa dimana pemberitaan tentang kenaikan drastis dan penurunan harga drastis Bitcoin yang menyebabkan orang yang berinvestasi di Bitcoin banyak mengalami kebangkrutan.

Namun banyak juga yang untung tapi karna banyak pemberitaan yang jelek mengenai Bitcoin di media jadi masyarakat merekam ingatan yang buruk di dalam memori pikiran mereka, saya tidak habis pikir sangkin minimnya masyarakat yang paham tentang saham,

Sampai banyak masyarakat yang menilai Bitcoin itu sama dengan Investasi saham, padahal jenisnya saja sudah beda.

Bitcoin merupakan jenis dari crypto sedangkan saham ya ada perusahaannya ada bisnis usaha yang jelas yang kita miliki.

Pemberitaan seperti inilah yang membuat masyarakat memberikan stigma buruk pada hal yang berbau investasi.

radarinvestor.com
radarinvestor.com

3. Kurangnya Pendidikan Mengenai Investasi Saham di Indonesia 

Saya sebagai investor saham yang baru belajar investasi saham sejak tahun 2020, saya mengatakan bahwa itu hasil dari cerita-cerita dengan teman lalu saya kembangkan otodidak dari membaca buku dan belajar dari medsos seperti Youtube, Google dan lainya.

Sebagai seorang investor beraliran Value Investing, saya jujur untuk mengatakan kurang sekali buku tentang pendidikan saham di Indonesia sangkin sedikitnya saya sampai hampir bisa menghafal nama-nama penulis buku investasi saham, apalagi dispesifikan lagi di aliran value investing.

Nama-nama penulis buku yang sering saya lihat menghiasi rak-rak buku di Gramedia seperti, pak Lukas Setia Atmaja, pak Ryan Filbert, pak Teguh Hidayat, yang lainya kebanyakan membahas trading dan juga penulis-penulis luar negeri.

Saya sangat bersyukur ada gramedia yang cukup menyediakan pilihan buku tentang investasi, ya walaupun menurut hemat saya Indonesia masih banyak butuh penulis-penulis yang menulis buku tentang investasi.

Saya juga bersyukur ada penerjemah yang menerjemahkan buku-buku berbahasa inggris dari penulis luar, seperti buku The Intelligent Investor dan Interpretation of Financial Statement karya Benjamin Graham, terkhusus kita juga patut bersyukur dengan adanya pak Lo Kheng Hong sebagai role model mutlak sekaligus pengajar paket komplit tentang investasi saham. 

Saya rasa gelar bapak investasi Indonesia patut dicantumkan kepada beliau untuk dedikasinya mengajar investasi saham kepada seluruh anak bangsa, lewat Youtube, lewat gerilya seminar ke kampus-kampus diseluruh daerah di Indonesia, saya terkhusus ingin mengucapkan Terima kasih lewat artikel ini kepada beliau, atas jasanya mengajarkan tentang investasi saham.

Kembali ke pendidikan tadi, saya rasa Investasi saham harusnya ditambahkan sebagai mata pelajaran di kurikulum kita sejak tingkat SMP di negeri kita ini, agar kelak muncul logika kritis tentang investasi dan menghancurkan paradigma buruk tentang investasi sekaligus menciptakan generasi atau Lo Kheng Hong-Lo Kheng Hong yang baru.

Dengan tujuan memperkuat ekonomi bangsa dengan dampak menguatnya investor domestik sehingga pasar modal kitapun kuat, akibatnya kan rakyat makin sejahtera.

Karena kan sifat perusahaan yang berbisnis itu pasti akan merecanakan expansi agar bisnisnya berkembang otomatis kalau perusahaan melakukan expansi kan butuh pekerja, maka terbukalah lapangan kerja baru dan terkikislah tingkat pengangguran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun