Konsekuensi logisnya adalah sampah tersebut dapat terbawa ke sungai dan menyebabkan sungai kotor sehingga menyebabkan laut tempat bermuaranya sungai akan penuh dengan sampah.Â
Tumpukan sampah yang menggunung bisa menyebabkan bau tidak sedap yang dapat mencemari udara sekitar.
Atau kita juga bisa sedikit bereksperimen bersama anak kita. Kita kumpulkan sampah sisa sayuran atau makanan yang tidak habis di konsumsi ke dalam wadah tertutup, wadah ini kita beri nama wadah A.Â
Dan di wadah yang lain kita memasukan sampah kemasan plastik, wadah ini kita beri nama wadah B. Kemudian kedua wadah tersebut kita biarkan dalam waktu 7 hari.Â
Setelah 7 hari kita bisa jelaskan apa yang terjadi dengan wadah A dan Wadah B kepada anak kita.
Setelah 7 hari, wadah A akan membusuk dan akan muncul organisme-organisme lain di dalam wadah tersebut. Sedangkan wadah B akan tetap sama dengan kondisi di hari pertama walaupun keduanya sama-sama kita biarkan selama 7 hari.
Dari eksperimen sederhana tersebut kita bisa menjelaskan kepada anak bahwa sampah anorganik akan tetap sama. Tidak dapat terurai secara alami.Â
Kita bisa memberikan analogi bagaimana jika sampah kemasan plastik tersebut dibiarkan berserakan, maka bisa jadi lama-kelamaan bumi ini akan penuh dengan sampah plastik.Â
Dengan penjelasan tersebut diharapkan anak dapat memiliki konsekuensi logis mengapa harus memiliki sikap peduli lingkungan. Dengan contoh sikap peduli lingkungan dan mengaitkan konsekuensi akan sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari.Â
Diharapkan sikap peduli lingkungan tersebut akan terpatri dalam diri anak sehingga dimanapun anak berada akan tetap menjaga lingkungannya.
Dengan memiliki sikap peduli lingkungan pada anak sedari dini dan sudah terbiasa semenjak dari rumah, bukan tidak mungkin akan membawa perubahan untuk Indonesia kelak.