Semua hal yang menjadi kebutuhan rumah tangga pasti menghasilkan sampah, baik sampah anorganik maupun sampah organik.Â
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak bisa secara alami diurai oleh lingkungan, dihasilkan dari kemasan kebutuhan rumah tangga, seperti sampah bekas kemasan sabun, bekas kemasan pasta gigi, bekas kemasan botol air mineral dan banyak lagi.Â
Sedangkan sampah organik adalah sampah yang secara alami dapat diurai oleh lingkungan, dihasilkan dari sisa sayuran, buah-buahan atau sisa dari makanan yang tidak habis di konsumsi di rumah.
Di rumah biasanya sampah-sampah tersebut baik yang anorganik maupun organik dikumpulkan dalam satu wadah.Â
Atau jikapun terpisah terkadang tetap dijadikan satu wadah ketika di kumpulkan oleh petugas sampah untuk di bawa ke tempat pembuangan sampah sementara.
Manajemen sampah seperti ini memang keliru dan tidak tepat. Sayangnya, walaupun kita tahu itu salah dan tidak tepat seolah kita membiarkan hal tersebut berlangsung terus menerus dan akhirnya dianggap biasa.Â
Padahal sebagai orang tua kita harus memiliki kesadaran bahwa kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral untuk mewarisi lingkungan hidup yang baik kepada anak kita di kemudian hari.Â
Salah satu tanggung jawab kita sebagai orang tua kepada anak adalah dengan menanamkan sikap peduli lingkungan kepada anak sedini mungkin dan di mulai dari rumah.
Rumah harus menjadi lingkungan pertama yang menanamkan sikap peduli lingkungan. Di rumah orang tua harus memiliki sikap peduli lingkungan dan juga memiliki peranan penting untuk menanamkan sikap peduli lingkungan kepada anak.
Menanamkan sikap peduli lingkungan kepada anak sedari dini merupakan keniscayaan yang harus orang tua lakukan. Di rumah anak menghabiskan waktu terbanyak bersama orang tua.Â
Rumah juga menjadi lingkungan terdekat bagi anak untuk belajar. Lantas bagaimana orang tua di rumah untuk dapat menanamkan sikap peduli lingkungan kepada anak.Â
Setidaknya ada dua langkah yang bisa diterapkan orang tua dalam menanamkan sikap peduli lingkungan kepada anak. Yaitu memberikan contoh sikap peduli lingkungan dan memberitahukan konsekuensi logis atas sikap peduli lingkungan yang kita ambil.
Dari Jurnal yang di tulis oleh Musyaqori Ramdani dengan judul "Program Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini" bahwa orang tua harus memberikan contoh pada anak. Karena anak akan mengamati perilaku orang tua dan kemudian akan menirunya.Â
Hal ini sesuai dengan Social Cognitive theory (Bandurra,1977,1986) yang mengatakan bahwa anak mempelajari perilaku tidak melalui coba (trial) dan salah (error), namun dengan melilhat perilaku orang lain atau model.
Berdasarkan teori tersebut, bahwa orang tua mutlak harus memberikan contoh sikap peduli lingkungan kepada anak. Karena bagi anak, orang tua adalah teladan yang akan di tiru dalam segala hal. Ada banyak contoh yang bisa kita tunjukan kepada anak bahwa kita sebagai orang tua juga peduli lingkungan.
Contoh sederhana sikap peduli lingkungan yang bisa kita contohkan kepada anak adalah dengan memungut sampah baik di rumah ataupun tempat umum dan kemudian membuang pada tempatnya.
Di rumah kita juga bisa menyiapkan dua tempat sampah. Kita bedakan tempat sampah untuk  sampah organik dan sampah anorganik. Kemudian membiasakan anak di rumah untuk membuang sampah sesuai jenisnya.
Contoh sikap peduli lingkungan lainnya adalah dengan menyiapkan kantung sampah kecil di tas anak. Kemudian membiasakan anak untuk membuang kemasan makanannya di kantung sampah kecil tersebut sebelum menemukan tempat sampah.
Selain memberikan contoh sikap peduli lingkungan, langkah berikutnya orang tua juga harus memberitahukan konsekuensi logis kepada anak mengapa perlu sikap peduli lingkungan.Â
Menurut Retno Suryandari dalam artikelnya di kompas.id yang berjudul "Kurikulum Peduli Lingkungan" menyatakan bahwa konsekuensi logis menjadi prekursor terhadap kognitif siswa. Termasuk pada topik-topik yang berkaitan dengan lingkungan.
Semua sikap peduli lingkungan kita harus bisa memberikan konsekuensi logis pada anak. Misalkan ketika kita memberi contoh untuk tidak membuang sampah sembarangan.Â
Maka kita bisa menjelaskan kepada anak konsekuensi logis atas sikap tersebut.Â
Konsekuensi logisnya adalah sampah tersebut dapat terbawa ke sungai dan menyebabkan sungai kotor sehingga menyebabkan laut tempat bermuaranya sungai akan penuh dengan sampah.Â
Tumpukan sampah yang menggunung bisa menyebabkan bau tidak sedap yang dapat mencemari udara sekitar.
Atau kita juga bisa sedikit bereksperimen bersama anak kita. Kita kumpulkan sampah sisa sayuran atau makanan yang tidak habis di konsumsi ke dalam wadah tertutup, wadah ini kita beri nama wadah A.Â
Dan di wadah yang lain kita memasukan sampah kemasan plastik, wadah ini kita beri nama wadah B. Kemudian kedua wadah tersebut kita biarkan dalam waktu 7 hari.Â
Setelah 7 hari kita bisa jelaskan apa yang terjadi dengan wadah A dan Wadah B kepada anak kita.
Setelah 7 hari, wadah A akan membusuk dan akan muncul organisme-organisme lain di dalam wadah tersebut. Sedangkan wadah B akan tetap sama dengan kondisi di hari pertama walaupun keduanya sama-sama kita biarkan selama 7 hari.
Dari eksperimen sederhana tersebut kita bisa menjelaskan kepada anak bahwa sampah anorganik akan tetap sama. Tidak dapat terurai secara alami.Â
Kita bisa memberikan analogi bagaimana jika sampah kemasan plastik tersebut dibiarkan berserakan, maka bisa jadi lama-kelamaan bumi ini akan penuh dengan sampah plastik.Â
Dengan penjelasan tersebut diharapkan anak dapat memiliki konsekuensi logis mengapa harus memiliki sikap peduli lingkungan. Dengan contoh sikap peduli lingkungan dan mengaitkan konsekuensi akan sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari.Â
Diharapkan sikap peduli lingkungan tersebut akan terpatri dalam diri anak sehingga dimanapun anak berada akan tetap menjaga lingkungannya.
Dengan memiliki sikap peduli lingkungan pada anak sedari dini dan sudah terbiasa semenjak dari rumah, bukan tidak mungkin akan membawa perubahan untuk Indonesia kelak.
Berawal dari rumah untuk Indonesia lebih bersih dan hijau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H