Pada masa lalu, Mahasiswa dididik untuk sensitif terhadap masalah lokal dan nasional. Namun, kebijakan kampus sering membatasi aktivitas politik dan sosial Mahasiswa di bawah kebijakan PTN-BH. Banyak sekolah menetapkan aturan ketat tentang politik kampus dan bahkan memberikan sanksi kepada Mahasiswa yang melanggar kebijakan. Mahasiswa tidak lagi berada di lingkungan publik, tetapi semakin terkungkung di dalam kampus, kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman penting yang meningkatkan kesadaran sosial.
Pengaruh Neoliberalisme dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan tinggi di Indonesia telah dipengaruhi oleh ideologi neoliberal yang mendukung privatisasi, efisiensi, dan kompetisi. Ini telah mengubah fokus perguruan tinggi dari ruang kritis ke arah pasar. Kebijakan neoliberal seperti PTN-BH memaksa kampus untuk mencari dana sendiri dan mengurangi ketergantungan mereka pada dana pemerintah. Akibatnya, kampus lebih berkonsentrasi pada manajemen keuangan daripada menciptakan lingkungan yang mendorong percakapan kritis dan sosial-politik. Sekarang dianggap sebagai konsumen pendidikan, Mahasiswa diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ini menghasilkan lulusan yang tidak memiliki kesadaran sosial tetapi kompetitif di dunia kerja.
Metode ini menghasilkan perubahan besar dalam pandangan Mahasiswa. Fokus mereka sekarang beralih dari memahami masalah sosial yang lebih luas menuju memperoleh keterampilan yang akan membantu seseorang mempertahankan posisinya di pasar kerja. Sekarang, masalah seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, atau masalah lingkungan dianggap tidak penting karena fokus pada prestasi akademik dan karir pribadi. Ketika Mahasiswa terjebak dalam persaingan individu untuk mencapai "sukses" menurut standar neoliberalisme, semangat kolektif yang dulu menjadi ciri gerakan Mahasiswa mulai hilang.
Eksistensi Organisasi Mahasiswa yang Terfragmentasi
Organisasi Mahasiswa pada masa reformasi memiliki tujuan yang sama: melawan ketidakadilan dan mengubah masyarakat. Namun, organisasi Mahasiswa secara bertahap terpecah menjadi kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan dan afiliasi yang berbeda. Banyak organisasi lebih memperhatikan eksistensi dan reputasi mereka sendiri daripada bekerja sama untuk menyuarakan masalah besar yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dan Mahasiswa.
Gerakan Mahasiswa terjebak dalam konflik internal karena kemampuan organisasi Mahasiswa ini. Ini menghalangi mereka untuk bersatu untuk memperjuangkan perubahan sosial. Ada beberapa organisasi yang lebih berkonsentrasi pada perjuangan bersama daripada membangun citra dan pengaruh di lingkungan kampus, seperti mengejar popularitas dalam pemilihan ketua organisasi atau struktur pemerintahan Mahasiswa. Hal ini menyebabkan situasi di mana dinamika internal organisasi Mahasiswa sering mengganggunya, dan semakin sulit untuk berkolaborasi dalam tindakan kolektif, seperti yang dilakukan pada tahun 1998.
Menurunnya Kepekaan Mahasiswa Terhadap Isu Sosial
Perubahan pola pikir Mahasiswa adalah salah satu faktor yang berkontribusi pada penurunan gerakan Mahasiswa. Jika Mahasiswa pada era reformasi terlibat langsung dalam aksi massa dan diskusi kritis yang memperkuat kepekaan mereka terhadap realitas sosial, Mahasiswa masa kini lebih banyak terlibat di ruang digital, seperti media sosial. Meskipun media sosial memberikan platform untuk berbagi informasi dan berbicara, keterlibatan Mahasiswa dalam masalah sosial sering terbatas pada bentuk online yang cenderung reaktif, tanpa tindak lanjut dalam dunia nyata. Selain itu, tren sesaat menggantikan perjuangan kolektif, yang tidak menghasilkan perubahan struktural yang diperlukan.
Selain itu, tekanan untuk mencapai kesuksesan di dunia akademik dan profesional membuat Mahasiswa lebih fokus pada tujuan mereka sendiri. Mahasiswa sering percaya bahwa mencapai kesuksesan pribadi lebih penting daripada membangun kesadaran kolektif untuk mendukung kepentingan bersama. Menurut prinsip-prinsip neoliberalisme, Mahasiswa lebih cenderung berlomba-lomba untuk mencapai prestasi pribadi daripada melepaskan tanggung jawab sosial yang pernah menjadi bagian integral dari identitas Mahasiswa Indonesia.
Sebagai kesimpulan, gerakan Mahasiswa di Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan sejak reformasi 1998. Keadaan baru telah diciptakan oleh kebijakan PTN-BH yang menekankan otonomi finansial kampus dan dampak neoliberalisme yang mendorong komersialisasi pendidikan dan kompetisi. Ini telah mengurangi dukungan untuk gerakan kritis Mahasiswa. Perguruan tinggi sekarang berkonsentrasi pada tujuan akademik dan keuangan, membatasi aktivitas sosial Mahasiswa di luar kampus.