Budaya merupakan sebuah identitas yang melekat pada suatu daerah tertentu. Budaya merupakan ciri khas maupun keunikan bagi suatu daerah. Dunia ini terdapat berbagai macam kebudayaan yang berusia ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Setiap tempat di dunia mempunyai budayanya masing-masing. Entah itu berupa tarian, music atau bahkan pakaian sekalipun. Tidak heran peran budaya dalam banyak masyarakat di dunia mempunyai peran sentral dalam kehidupannya. Budaya dianggap suatu hal yang harus diturunkan dari generasi ke generasi dan tidak boleh dilupakan. Budaya juga mempunyai nilai-nilai tersendiri bagi masyarakat yang melakukannya. Ada yang mempunyai nilai kekeluargaan bahkan sampai nilai-nilai mistis sekalipun.
Untuk itu budaya merupakan hal yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia sendiri setiap daerah mempunyai budaya yang berbeda-beda. Budaya tersebut merupakan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pengaruh persebaran kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia memberikan efek yang besar terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia saat ini. Setiap daerah mempunyai ciri khas budaya seperti tarian, rumah adat sampai pernak-pernik sekalipun. Untuk itu pelestarian budaya dan memperkenalkan budaya daerah masing-masing merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. Karena pengaruh globalisasi yang sangat cepat menyebabkan perubahan disetiap lini kehidupan bermasyarakat, bukan berarti kita harus lupa terhadap identitas kita sendiri.
Beberapa cara telah dilakukan untuk menghidupkan semangat generasi muda untuk mempelajari budaya sendiri. Tetapi cara yang dilakukan seperti disekolah melalui kegiatan ekstrakulikuler atau mata pelajaran tampaknya masih kurang menaikan semangat generasi muda tersebut. Cara yang dilakukan tentunya cara yang mestinya berbeda, pasalnya kehidupan generasi muda saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu. Zaman sekarang anak muda lebih menyukai hal-hal yang bersifat menguntungkan dirinya. Untuk itulah pendekatan untuk memperkenalkan budaya daerah harus diubah.
Saat ini sudah banyak gerakan-gerakan yang dilakukan di masyarakat untuk mulai membranding atau memperkenalkan budaya masing-masing. Branding yang dilakukan bukan hanya melalui pentas seni. Tetapi branding yang dilakukan adalah menggabungkan identitas budaya daerah dengan semangat revolusi industri 4.0 yang didalamnya terdapat internet of things. Tentu hal tersebut menjadi menarik dikarenakan apabila suatu daerah atau komunitas tidak mengembangkan dirinya, makan akan selamanya tertinggal dengan daerah lain.
Salah gerakan yang dilakukan dan berhasil menarik perhatian masyarakat adalah Kampung Budaya Polowijen, Blimbing, Kota Malang. Pada tanggal 2 April 2017 Walikota Malang meresmikan kampung ini sekaligus peresmian meletakan batu pertama Sanana Budaya Kendedes. Saat ini, Kampung Budaya Polowijen sudah menjadi salah satu tempat wisata unik yang ada di Kota Malang. Pasalnya di kampung tersebut memperkenalkan wilayahnya menjadi sebuah tempat yang erat dengan budaya Malang ataupun Jawa Timur. Banyak kegiatan yang dilakukan di kampung ini sebagai identitasnya sendiri. Ketika beberapa tempat di Kota Malang menawarkan hal yang baru seperti Kampung Warna Warni Jodipan dengan gradasi warna serta muralnya. Kampung Budaya Polowijen ini menawarkan konsep wisata lama namun dengan cara yang baru.
Adanya Kampung Budaya Polowijen bukannya tanpa sebab. Tidak jauh dari kampung ini terdapat situs budaya seperti makam Ki Tjondro Suwono (Mbah Reni) Empu Topeng Malang, Sumur Windu Kendedes, dan Joko Lolo. Hal tersebutlah yang mendasari terciptanya kampung tersebut karena pelestarian budaya harus dilakukan. Sejarah mengenai beberapa kerajaan yang pernah berkuasa di daerah Kota Malang menjadi penyebab beberapa budaya yang sampai hari ini kitadapat temukan. Budaya tersebutlah yang dibawakan oleh Kampung Budaya Polowijen di beberapa pentas seni yang diadakan di Kota Malang atupun di luar negeri.
Banyak kegiatan yang telah dilakukan dari sejak awal beridirnya Kampung Budaya Polowijen. Bukan hanya kegiatan yang dilakukan di Kampung Budaya Polowijen, tetapi kegiatan juga dilakukan diluar kampung. Penari yang berasal dari Kampung Budaya Polowijen telah melakukan pentar seni keluar Kota Malang, bahkan pernah tampil diluar negeri. Budaya yang diperkenalkan bukan hanya budaya malangan, tetapi budaya Jawa Timur juga diperkenalkan. Meskipun budaya jawa mempunyai beberapa kesamaan satu sama lain.
Kampung Budaya Polowijen bukan hanya mengembangkan seni tari saja, tetapi juga mengembangkan permainan tradisional, dolanan serta music tradisional. Saat ini Kampung Budaya Polowijen mempunyai 30 pembatik pemula dan 10 pembatik mahir. Serta kegiatan-kegiatan rutin juga sering dilakukan di kampung ini. Pada tahun 2018, Kampung Budaya Polowijen telah tampil sebanyak 40 kali dalam event yang diadakan di Kota Malang bahkan luar negeri. Untuk itulah Kampung Budaya Polowijen bukan hanya sebuah tempat atau kampung sebagai destinasi wisata, tetapi melakukan pentas-pentas seni yang ada baik formal maupun non-formal.
Kampung Budaya Polowijen sampai saat ini masih berjalan secara mandiri untuk mengembangkan kampungnya. Branding atau cara mempromosikan kampung ini adalah dengan menggunakan media online baik kanal berita ataupun sosial media. Sampai hari, Kampung Budaya Polowijen bekerja sama dengan 50 media. Sudah banyak tulisan-tulisan ataupun video yang menjelaskan tentang kampung ini. Karena keunikan dan semangat untuk melestarikan budaya, saat ini ketika mencari di Google maka website Kampung Budaya Polowijen ini akan tampil di urutan teratas. Itu artinya banyak masyarakat yang tertarik dan mencarinya di internet.
Bila pada zaman dahulu untuk memperkenalkan budaya dilakukan dengan melakukan pentas dari event ke event maka hari ini melakukan sedikit sentuhan tradisional serta modern dapat memperkenalkan budaya lebih cepat dan mudah. Cara ini merupakan suatu inovasi menarik di Kota Malang. Pasalnya Kampung Budaya Polowijen telah dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancaranegara. Bukan hanya wisatawan yang berkunjung ke kampung ini, tetapi banyak dari pemerintah luar daerah Kota Malang yang melakukan studing banding untuk mempunyembuat kampung yang sama di daerahnya masing-masing. Berkat branding yang dilakukan di internet tersebutlah kampung ini menjadi salah satu contoh kampung inovatif dalam segi pengembangan potensi wilayah dan budaya.
Setiap hal mengenai kegiatan yang diadakan di Kampung Budaya Polowijen dapat dilihat di Grup facebook yang bernama Kampung Budaya Polowijen. Grup tersebut memberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan di kampung tersebut. Hal tersebut menjadi unik dikarenakan sulit ditemukan sebuah tempat atau kampung yang mempublikasikan setiap kegiatannya kedalam sosial media. Kampung ini memang di desain untuk tidak menolak teknologi bahkan memanfaatkannya. Hal tersebutlah yang dikatakan oleh penggagas Kampung Budaya Polowijen, Isa Wahyudi atau biasa di sapa Ki Demang. Ia memanfaatkan sosial media sebagai sarana untuk memperkenalkan kampung ke khalayak ramai. Karena ia sadar bahwa internet dapat digunakan untuk menyebarkan budaya.
Setelah diresmikan oleh Walikota Malang pada 2 April 2017, Kampung Budaya Polowijen berbenah diri. Saat ini, 15 rumah warga telah direkonstruksi menjadi ornament bambu sebagai ciri rumah budaya. Bukan hanya itu, Di depa rumah warga juga terdapat gazebo 3x3 yang terbuat dari bambu. Di dinding rumah warga juga di ditempel informasi-informasi yang berkaitan dengan Kampung Budaya Polowijen. Seperti silsilah Kerajaan Singosari, silsilah kerajaan Majapahit, informasi situ polowijen dan kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan di Kampung Budaya Polowijen.
Hal tersebut menjadi salah satu penguatan identitas budaya yang diangkat oleh Kampung Budaya Polowijen. Karena aspek lingkungan menjadi sangat penting untuk menjadi ciri khas sebuah wilayah. Ketika kampung ini berbenah artinya ada langkah serius kedepan untuk menjadikan kampung ini menjadi lebih maju dan identic. Budaya jawa bukan hanya tentang tarian, musik, permainan saja, teteapi rumah atau ornament menjadi sebuah identitas asli dalam budaya jawa.
Banyak kegiatan yang dulu ketika Kampung Budaya Polowijen yang belum atau tidak intensif dilakukan kini telah dilakukan. Sebagai contoh pada peringatan hari tari sedunia pada tanggal 29 April. Kampung Budaya Polowijen melakukan kegiatan pada 28 April yang di selenggarakan dalam bentuk ritualan yaitu Gelar Dongo Topeng Nuswantoro. Gelaran tersebut dimeriahkan oleh ratusan penari yang di hadiri uga oleh Nyai Dadak Purwo, peari klasik Transgender1dari Malang. Kegiatan tersebut juga dimeriahkan oleh berbagai macam ragam tari seperti tari openg, tari tradisional serta tari kreasi. Namun sebelum gelaran dilaksanakan, ritual doa topeng dilaksanakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H