Setelah diresmikan oleh Walikota Malang pada 2 April 2017, Kampung Budaya Polowijen berbenah diri. Saat ini, 15 rumah warga telah direkonstruksi menjadi ornament bambu sebagai ciri rumah budaya. Bukan hanya itu, Di depa rumah warga juga terdapat gazebo 3x3 yang terbuat dari bambu. Di dinding rumah warga juga di ditempel informasi-informasi yang berkaitan dengan Kampung Budaya Polowijen. Seperti silsilah Kerajaan Singosari, silsilah kerajaan Majapahit, informasi situ polowijen dan kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan di Kampung Budaya Polowijen.
Hal tersebut menjadi salah satu penguatan identitas budaya yang diangkat oleh Kampung Budaya Polowijen. Karena aspek lingkungan menjadi sangat penting untuk menjadi ciri khas sebuah wilayah. Ketika kampung ini berbenah artinya ada langkah serius kedepan untuk menjadikan kampung ini menjadi lebih maju dan identic. Budaya jawa bukan hanya tentang tarian, musik, permainan saja, teteapi rumah atau ornament menjadi sebuah identitas asli dalam budaya jawa.
Banyak kegiatan yang dulu ketika Kampung Budaya Polowijen yang belum atau tidak intensif dilakukan kini telah dilakukan. Sebagai contoh pada peringatan hari tari sedunia pada tanggal 29 April. Kampung Budaya Polowijen melakukan kegiatan pada 28 April yang di selenggarakan dalam bentuk ritualan yaitu Gelar Dongo Topeng Nuswantoro. Gelaran tersebut dimeriahkan oleh ratusan penari yang di hadiri uga oleh Nyai Dadak Purwo, peari klasik Transgender1dari Malang. Kegiatan tersebut juga dimeriahkan oleh berbagai macam ragam tari seperti tari openg, tari tradisional serta tari kreasi. Namun sebelum gelaran dilaksanakan, ritual doa topeng dilaksanakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H