ketika senja meninggalkan Ambara
entah dengan siapa aku tertawa
saat angin malam mulai berhembus
dan hangatnya mentari terhapus
disitulah pena mulai menari dengan rakus
Bolehkah malam punya telinga?
agar ia bisa  mendengar kala aku bercerita
bolehkan bulan bisa bersuara?
agar malam yang sunyi ini sirna
Di malam sunyi di bawah bintang gemintang
Hatiku merenung dalam sunyi yang terang.
 Langit kelam menari dalam hening yang abadi,Â
Mengundang lamunan, dalam pikiran yang gaduh.
Dalam remang malam, di bawah sinar rembulan,Â
Hening menyapa dalam alunan kelembutan.
Diam dalam diam, mengalir perasaan yang indah,
 Menyatu dengan angan, dalam gelap yang menawan.
Dalam pelukan malam, dihiasi oleh mimpi,Â
Rahasia alam terbuka dalam hati yang riang.Â
Melodi senja mengalun dalam irama yang lirih,
Menyapu sepi, dalam indahnya khayal yang sirih.
Di antara bayang-bayang,
Malam membisikkan rahasia yang abadi.Â
Puisi malam terukir dalam kata yang sama,
di bawah rembulan yang teduh.
serta hangatnya malam yang perlahan merapuh
bolehkah mimpi dan harapan ini tetap utuh?
T
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H