Mohon tunggu...
Sandy Sitorus
Sandy Sitorus Mohon Tunggu... PNS -

Senang untuk berbagi dan membantu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bulan Mei, Bulan Kesadaran Kesehatan Mental

18 Mei 2018   09:09 Diperbarui: 18 Mei 2018   09:40 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: alignable.com

5. Masalah Lingkungan Untuk Kesehatan Mental

Banyak diskusi membahas tentang kesehatan mental itu berfokus pada genetika, zat kimia otak, dan fenomena biologis lainnya. Memang benar bahwa penyakit mental bisa diturunkan secara biologis, tetapi itu tidak berarti bahwa semua kasus penyakit mental sudah terprogram. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku gen, studi tentang epigenetik memperjelas hal itu.

Lingkungan yang penuh stress dan tidak kondusif dapat mengubah cara gen berperilaku, memicu munculnya penyakit mental. Sebagai contoh, penelitian baru-baru ini, ditemukan bahwa ada hubungannya antara tumbuh kembang seseorang yang kekurangan makanan dengan meningkatnya risiko kesehatan mental.

Lingkungan di mana orang tumbuh juga mengajarkan mereka bagaimana menangani semuanya, mulai dari stres harian hingga trauma serius. Misalnya, orang dapat belajar berpikir depresif dari orang tua mereka, atau mereka mungkin mengalami trauma pada usia dini yang berakhir dengan masalah kesehatan mental mereka.

Penyakit mental tentu memiliki komponen biologis, tetapi percaya bahwa itu sudah terprogram dan tidak dapat dihindari sama dengan percaya bahwa pengobatan tidak ada gunanya. Itu tidak benar. Perawatan membantu otak mempelajari kembali cara-cara baru memproses informasi seperti halnya perawatan membantu mereka mengatasi emosi yang sulit. Dan sama seperti lingkungan dapat membuat seseorang memiliki penyakit mental, pengobatan pun dapat membantu lepas dari penyakit mental.

Kondisi di Indonesia

Di Indonesia, isu tentang kesehatan mental belum lah menjadi hal yang penting. Padahal kalau kita melihat kondisi masyarakat Indonesia pada saat ini, sudah banyak orang yang terkena gangguan kesehatan mental.

Hal ini bisa kita lihat dari perilaku sosial yang terjadi di media sosial maupun di lingkungan sebenarnya; menggunakan kalimat-kalimat yang tidak sesuai etika sosial dalam menyampaikan pendapat mereka. Di atas sudah disebutkan bahwa otak berpengaruh terhadap etika bersosial. Jadi jika etika sosial sudah dianggap tidak ada lagi, berarti ada masalah dengan proses kerja otak, dan hal ini akan berujung pada gangguan kesehatan mental.

Biarlah kita masyarakat Indonesia juga menyadari pentingnya kesehatan mental. Bukan hanya masyarakat tapi pemerintah harus juga bergerak akan hal ini, sehingga penyakit mental tidak semakin banyak menjangkiti masyarakat Indonesia, melainkan semakin banyak yang dipulihkan.

"A life lived for others, is the only life worth living." Albert Einstein

"Kehidupan hidup untuk orang lain, adalah satu-satunya kehidupan yang layak dijalani." - Albert Einstein

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun