2. Chang Tzu Ping, terlahir dengan wajah kedua yang terdiri dari mulut, lidah cacat, beberapa gigi, kulit kepala, dan sisa-sisa konstruksi wajah lainnya, ditemukan di Cina pada akhir 70-an atau awal 80-an. Kasusnya disebut Diprosopus atau Duplikasi Kraniofasial.
Dari kedua contoh di atas, ada kemungkinan kasus tersebut terjadi pada Edward Mordake, tapi ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan yang menyangsikan keaslian cerita tersebut, seperti:
- Laporan dalam The Theosophical Review (Desember 1905) yang mencatat bahwa dua dokter yang mendatangi Mordake, "Manvers and Treadwell," tidak dapat ditemukan di dalam Kamus Biografi Nasional.Â
- Juga nama-nama mereka tidak muncul di tempat lain, selain daripada cerita dalam kasus Mordake.
- Tahun 1958, folklorist Paul Brewster bertanya kepada pembaca Journal of the History of Medicine untuk informasi tentang Mordake, catatannya adalah, "Jika ini adalah kasus asli dalam teratologi, harus ada sumber yang berwenang untuk itu." Permohonannya tidak terjawab.
Di sisi lain, Frank Edwards's Strange People (1961)dan The Book of Lists edisi 1977, menyajikan kisahnya kepada para pembaca sebagai fakta sebagi genre "aneh tapi nyata"
Sayangnya, kisah ini sudah dinyatakan sebagai hoaks alias cerita bohong. Edward Mordake adalah ciptaan Charles Lotin Hildreth, seorang penyair, yang juga seorang penulis fiksi spekulatif. Dia menulis novel anak-anak  The Mysterious City of Oo, tentang perjalanan seorang anak muda ke pedalaman Australia di mana ia menemukan bahwa "peradaban putih asal Yunani kuno berkembang di antara manusia liar" (deskripsi dari The Encyclopedia of Science Fiction).Â
Cerpennya sering dimuat di makalah, dan banyak di antaranya yang kita anggap hari ini sebagai fiksi ilmiah. Bahkan puisinya (yang sangat banyak dalam tradisi Edgar Allan Poe) menampilkan tema gothic, dunia lain.
Sebelum abad 20, hasil tulisan fiksi masih dianggap nyata (menghadirkannya sebagai fakta) sehingga banyak orang pada masa tersebut mencari kebenaran dari berita yang tertulis. Barulah pada abad ke-20 majalah-majalah "aware" dalam genre ini, yang pada akhirnya berita-berita tersebut sudah dianggap fiksi.Â
Sayangnya, Hildreth tidak hidup untuk melihat keberhasilan ciptaannya. Dia meninggal pada Agustus 1896, pada usia 39. Tapi dia pasti akan bangga bahwa karakternya telah menangkap imajinasi banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H