Dengan demikian, apabila terdapat penambangan di Desa Wadas akan mengakibatkan kehancuran identitas, relasi sosial, dan tradisi dari perempuan Wadas. Selain aksi menganyam besek, Wadon Wadas juga membagikan makanan dalam besek kecil dengan jumlah 234 besek di sekitar PTUN Semarang. Makanan ini merupakan hasil bumi Wadas yang dimasak oleh ibu-ibu Wadon Wadas.Â
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk representasi bahwa tanpa adanya penambangan, masyarakat Wadas sudah sejahtera dengan menunjukkan  hasil bumi melimpah melalui makanan yang mereka masak (lbhyogyakarta.org, 2021).Â
Selain itu, Â Wadon Wadas kerap menggelar aksi berupa orasi, seperti yang dilakukan di Hari Perempuan Sedunia.Â
Orasi tersebut bertujuan untuk menyampaikan keresahan perempuan Wadas dengan menuntut adanya penanganan, pendampingan, serta pemulihan bagi perempuan dan anak atas represi yang dilakukan oleh aparat saat terjadi pengukuran tanah (Putra, 2022).Â
Oleh sebab itu, Â gerakan Wadon Wadas dapat merepresentasikan kaum perempuan Wadas yang terkena dampak dari adanya kebijakan penambangan melalui berbagai aksi yang mereka upayakan. Â
Konflik agraria di Wadas telah menimbulkan berbagai macam feedback dari berbagai macam elemen masyarakat yang ada di Wadas. Salah satunya adalah Wadon Wadas. Bagi Wadon Wadas, bukan hanya alam Wadas yang dirampas namun juga keberlangsungan hidup mereka.Â
Perempuan-perempuan di Desa Wadas secara mayoritas dalam kesehariannya berprofesi di bidang pertanian dan perkebunan dimana konflik agraria di wadas telah mengintervensi ladang dan perkebunan yang ada disana untuk dijadikan sebuah lahan pertambangan batu andesit.Â
Melalui hal tersebut dan segala keresahannya, Wadon Wadas mulai tumbuh dengan mewadahi perjuangan kaum perempuan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup mereka.
Ditelisik melalui kacamata ekofeminisme, Wadon Wadas tumbuh sebagai sebuah gerakan kolektif yang juga dikategorisasikan sebagai gerakan ekstra-parlementer dimana Wadon Wadas terbentuk atas klaim bahwa perempuan di Wadas adalah pihak yang paling terkena dampak dari konflik agraria di Wadas karena selain mereka dekat dengan alam Wadas,Â
sumber penghidupan terbesar mereka adalah melalui lahan perkebunan dan pertanian yang direnggut oleh pemerintah.Â
Wadon Wadas juga dapat dilihat sebagai bentuk perlawanan kaum perempuan Wadas terhadap kebijakan pemerintah seperti pembangunan tambang batu andesit, bendungan dan lain sebagainya.Â