Kita sering melihat para anggota pramuka di pinggir jalan turut mengatur lalu lintas bukan? apakah mereka dibayar? Kenapa mereka berani berpanas-panasan? Lalu, mengapa mereka mau melakukan pekerjaan tersebut? sungguh, itu bukanlah pekerjaan yang mudah.
Suatu ketika saat saya menjadi anggota pramuka Saka Bhayangkara Polres Banyumas sekitar tahun 2008an. Waktu itu saya ditugaskan untuk mengamankan lalu lintas di daerah Arcawinangun Kecamatan Purwokerto Timur. Lebih tepatnya di depan pasar Arcawinangun. Kala itu saya sedang bersemangat-semangatnya menjadi anggota pramuka.
Rumah saya di desa Babakan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas. Lebih tepatnya di desa Babakan ujung utara, grumbul Karangpucung. Sudah nanjak memang. Waktu itu saya tidak mempunyai modal untuk berangkat. Tidak mempunyai motor juga. Untuk menuju lokasi, saya pun belum tahu tempat tersebut. Alat komunikasi berupa handphone pun belum punya. Alhasil saya bersepeda dari rumah menuju lokasi, menggunakan sepeda Federal. Entah berapa kilo meter jarak yang harus saya tempuh.
Ketika sepatu PDL sudah rapih, ban PAM sudah menempel di lengan, balok Bantara sudah ada di pundak, sabuk kopel sudah kencang, hasduk tertata rapih dan baret sudah mereng, pertanda sikap sudah siap untuk bertugas.
Ternyata ketika saya pergi ke sana, saya meninggalkan banyak kekhawatiran. Diantaranya adalah kekhawatiran orangtua, karena pergi jauh, sendirian, dan belum mengerti tempatnya. Selain itu, saya juga meninggalkan pekerjaan sekolah yang harus dikerjakan. Tidak hanya itu, saya pun harus siap capek mengayuh sepeda dari berangkat sampai pulang yang jaraknya tidak dekat.
Belajar dari Masa Lalu
Dari cerita pengalaman saya di atas sewaktu menjadi anggota pramuka bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan pada anak-anak zaman sekarang. Karena pada dasarna kemudahan komunikasi dan transportasi menjadikan anggota pramuka saat ini dapat dengan mudah mengikuti berbagai kegiatan kepramukaan.
Informasi apapun dapat dengan mudah didapat, berbeda dengan zaman dulu yang masih jarang ada hape. Transportasi pun sudah mudah, anak-anak sudah dengan leluasa memakai kendaraan, dulu ada hanya masih jarang yang punya.
Namun karena kemudahan transportasi, sekarang semakin banyaknya kendaraan. Di berbagai tempat laju kendaraan semakin semrawut. Tidak terlalu tertib lalu lintas. Tingkat kemacetan pun semakin menjadi, terutama di kota Purwokerto. Apalagi saat lebaran, jalur selatan kabupaten Banyumas tingkat kemacetan sudah sangat luar biasa. Mungkin kita bisa mengira-ngira berapa laju kendaraan berat waktu itu, belum lagi kendaraan kecil dan sepeda motor. Jika melihat dari media televisi pun kita seakan terasa malas jika melaju kendaraan di situ. Apalagi jika terjebak macet. Rasanya ingin mempunyai kendaraan terbang, seperti yang sudah ada di negara-negara maju, demi menghindari kemacetan.
Lalu bagaimana dengan para pengatur laju kendaraan. Mungkin mereka pun berasa pusing karena bukan hanya kendaraan satu yang diatur. Lebih banyak dari itu. Terkadang kita pun melihat ada petugas yang bertindak tegas apabila ada pengendara yang tidak menaati aturan lalu lintas. Para petugas mustinya sangatlah lelah, mengatur banyak kendaraan, berpanas-panasan pula.
Lalu siapa saja si petugas tersebut?