Sahabat kecilnya yang sangat manja. Budi hanya tersenyum kecil. Ia terus melanjutkan perjalanannya menuju ruang ganti pemain.
“Kek, maafkan aku,” ucap Budi lirih.
Kakek itu merupakan pelatih di timnya. Ia sangat akrab dengan para pemain. Bak bagai rumput di lapangan. Ia sangat dihormati dan dijunjung tinggi oleh para pemain. Tidak terkecuali bagi Budi.
“Yang penting kamu sudah berusaha. Kalah menang tidak jadi masalah. Hanya sebagai evaluasi dan motivasi saja, agar kedepan jauh lebih baik lagi.” Kata kakek tua itu.
“Aku masih takut adu penalti kek!” hela Budi.
“Ahh..kamu ini Bud, banyak berlatih yaa, hahaha,” celoteh kakek dengan nada guyon.
“Budi! hari ini hari apa ya?” tanya Sarah dari bilik pintu depan.
“Enggak tau Sarah, sini masuk,” jawab Budi.
Ia pun kemudian masuk ruang ganti pemain. Dengan membawa sebungkus keresek hitam. Sarahpun meminta izin kepada kakek tua itu, untuk memberikan sesuatu untuk Budi.
“Lihat sepatu kamu Bud, ah ini sudah kusam.” Kata Sarah tegas.
“Saya ada sesuatu untukmu, tapi ingat, kamu harus berlatih lebih giat lagi,” ungkap dia.