Mohon tunggu...
T bio 1 Sinta Khoiriyah
T bio 1 Sinta Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa tadris biologi 1

Artikel hadis dhaif dan MACAM-MACAMNYA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Simbolik Dalam Tradisi Sandingan Masyarakat Jawa Kabupaten Lumajang

9 April 2024   22:38 Diperbarui: 9 April 2024   22:41 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Jurnalkurayui.com

Bagaimana kita bisa mengadopsi pengetahuan masyarakat adat dalam kehidupan yang modern ini? Perkembangan zaman dan masuknya modernisasi menuntut masyarakat mempunyai pola hidup yang berbeda-beda yang serba modern dan telah mengubah baik struktur sosial maupun adat-istiadat masyarakat, baik berupa budaya maupun perekonomian masyarakat. 

Kehidupan masyarakat mengalami perubahan yang diawali dengan diperkenalkannya suatu teknologi baru yang masuk ke dalam kehidupan masyarakat, yang disusul dengan perilaku masyarakat yang sudah dimulai namun akan membawa perubahan. Oleh karena itu, modernitas diukur berdasarkan sejauh mana individu, komunitas, secara bertanggung jawab menerapkan pengetahuan dan teknologi.

 Akibat pengaruh modernisasi berupa teknologi dan gaya hidup, kita harus sudah bersiap mempertahankan budaya tradisional. Karena kehidupan tidak selalu statis melainkan selalu ada kemajuan, dan jika tidak mau beradaptasi dengan perubahan, maka akan tertelan dengan zaman. Dampak positif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain memudahkan kita dalam mencari berbagai macam informasi dan mengubah kesadaran kita.

Dari pembahasan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Sandingan merupakan suatu Tradisi mengirimkan doa kepada arwah leluhur dengan cara menyajikan makanan seadanya / makanan seperti nasi, telur, air minum dan biasanya ada tambahan rokok atau kopi jika arwahnya laki-laki. 

Di dalam Islam, tradisi ini diperbolehkan asal tidak melanggar hukum syariat dan memiliki makna yang sangat mendalam. Meskipun hanya berupa makanan yang sangat sederhana namun itu suatu bentuk penghormatan, kepedulian orang yang masih hidup terhadap arwah yang sudah meninggal. Meskipun kita tidak bisa melihat roh yang datang kepada kita, namun kita tahu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.

 sumber gambar: Malangtimes.com
 sumber gambar: Malangtimes.com

Dalam artian Simbolik, makna yang lebih dalam yaitu keseimbangan mikromos dan makromos antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan sang pencipta. Oleh sebab itu, ini dialami karena perpaduan yang terjadi pada malam yang dianggap suci bersifat vertikal dan horizontal melalui media simbolik berupa makanan dan minuman serta segala macam hal yang bisa menyenangkan para leluhur kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun