Ada juga mainan, alat kebersihan hingga kain dan peralatan masak. Tak lupa kepala sapi yang dibagian dalam mulutnya berisi emas diletakkan di bagian paling depan dari Jitek atau perahu, perahu yang membawa barang-barang ini merupakan symbol syukur masyarakat Mayangan itu sendiri.Â
Sebelum dilarungkan jitek(kapal kecil) yang berisi berbagai macam sajian ini didoakan Bersama dan ditarik oleh kapal besar dan diiringi oleh 61 kapal lainnya untuk dibawa ke utara pesisir gili, kemudian setelah jitek sampai ditengah laut jitek tidak ditenggelamkan tetapi dihanyutkan seperti halnya sesajen kemudian barang -- barang tersebut boleh diambil oleh warga yang bukan dari mayangan.Â
Setelah upacara petik laut dilaksanakan dan ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh para sesepuh dan diikuti warga setempat kemudian kapal-kapal yang mengiring jitek tadi kembali ke pesisir laut mayangan probolinggo.
Melestarikan sebuah tradisi merupakan hal yang sangat penting, terlebih tradisi yang telah menjadi kegiatan turun - temurun dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat pesisir yang mempercayai adanya penunggu ataupun simbol simbol, eksistensi, keberadaannya yang harus dihormati. Ritual larung sesaji dalam tradisi petik laut dilakukan untuk mendapatkan perlindungan dan keselamatan bagi para nelayan.Â
Tradisi petik laut juga memberikan kontribusi dalam wisata, pemerintah memberikan fokusnya untuk menjadikan petik laut sebagai wisata tahunan. Tradisi petik laut berfungsi ritual dikarenakan pada pelaksanaan tradisi petik laut dan ritual larung sesaji melahirkan sebuah eksistensi dan sakral dalam pelaksanaannya. Laut dijadikan sebagai tempat yang dianggap oleh masyarakat memiliki penjaga dan pembawa rezeki bagi Masyarakat Kawasan pesisir mayangan probolinggo.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H