MENDADAK Golkar, kalau frasa ini dipakai di media sosial, mungkin saja bisa menjadi trending. Meski pada kenyatannya, maksudnya di dunia nyata, itulah yang terjadi. Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan mantan menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti dalam waktu dekat akan resmi memiliki Kartu Tanda Angggota Partai Golkar. Bicara KTA, Wanda Hamidah sudah lebih dulu mengantonginya. Mantan kader PAN dan anggota NasDem sudah resmi memegang KTA Golkar DKI Jakarta.
Kepastian bergabungnya Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, dan Busi Susi, begitu panggilan kalangan dekatnya, dengan partai beringin tinggal menunggu momentum yang tepat untuk diumumkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
"Saat ini masih dibahas secara mendalam di internal partai," seru Airlangga Hartarto dalam berbagai kesempatan, sebagaimana dikutip media. Airlangga yang juga Menko Perekonomian dan kandidat capres dari Partai Golkar, menyebut bahwa partainya bangga dipilih oleh orang-orang terbaik seperti Kang Emil dan Bu Susi.
Di sisi lain, Wanda Hamidah menjelaskan alasannya memilih Partai Golkar sebagai pelabuhan politiknya. Wanda Hamidah mengaku ingin menjadi wakil rakyat yang adil bagi rakyat Indonesia.
"Saya ingin menjadi wakil rakyat yang adil demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Basmalah, melalui proses yang panjang dan matang-matang, saya pikirkan saya memutuskan untuk bergabung dengan Partai Golkar," ujar Wanda Hamidah kepada media saat mengikuti kegiatan "Konsolidasi Nasional dan Bimtek Fraksi Partai Golkar se-Indonesia", Kamis (20/10) lalu di Hall C, Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Kegiatan tersebut juga menjadi ajang pengukuhan Wanda Hamidah sebagai kader baru Partai Golkar, di mana ia resmi mendapatkan KTA Golkar serta diberikan rompi. Yang memberikan adalah Ahmed Zaki, Ketua Golkar DKI Jakarta.
Terkait bergabungnya Kang Emil dan Susi, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengurai kebanggaannya atas ketokohan kedua figur tersebut. Airlangga mengharapkan keduanya mampu meningkatkan tingkat keterpilihan pada partai beringin di tahun politik mendatang, yakni Pilpres, Pileg dan Pilkada serentak 2024.
Selama ini Kang Emil dan Susi berhubungan baik dan dikenal dekat dengan Airlangga dan elit partai beringin lainnya. Kendati demikian, sejumlah elit Partai Golkar menyebut jika kedekatan tersebut bukan dalam konteks pemilihan presiden. Untuk Kang Emil, misalnya, untuk mengusungnya sebagai gubernur Jabar kedua kalinya.
Sebagaimana disampaikan oleh Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Ace Hasan Syadzily, yang menyebutkan bahwa Kang Emil sudah menyampaikan jika yang paling realistis adalah maju kembali sebagai Gubernur Jawa Barat. Oleh sebab itu, kata Ace, Kang Emil berupaya meminta dukungan kepada Partai Golkar untuk memberinya kesempatan.
Bagaimana dengan Susi Pudjiastuti? Penguasa Pangandaran yang pemilik "Susi Air" ini mengaku masih buta soal cara berpolitik. Namun, seperti dikemukakannya kepada media, ia menegaskan terus memantau perkembangan gelaran politik menuju Pemilu 2024.
Susi saat ini memiliki banyak pengikut (follower) di akun media sosialnya, terutama twitter. Followernya mencapai 3,3 juta, atau 2 juta di bawah Kang Emil. Susi  menegaskan, akan memanfaatkan ketenarannya di dunia maya untuk meningkatkan peranannya dalam dinamika politik nasional.
Ia mengakui tidak mau lagi golput, seperti sebelum-sebelumnya. Itu karena ia belum tahu cara-cara berpolitik. Ia juga belum pernah berpartai. "Hanya partai sosmed. Kalau sekarang kan partai dunia nyata," katanya ketika disinggung kembali kepastiannya masuk Golkar.
Sebelumnya, Susi memberikan kode akan bergabung ke partai politik dengan mengunggah foto pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto melalui akun media sosialnya.
"Seandainya Susi yang apolitik dini diajak berpolitik, kasih saran netizen pilih yang mana ya? Kuning milik Pak Airlangga atau warna lainnya?" tulis Susi di akun Twitternya, @susipudjiastuti.
"Bu Susi ini banyak pengikutnya. Secara politik 'kan pengikut harus diwadahi. Wadah itu namanya partai politik," timpal Airlangga seperti dikutip dari situs resmi Partai Golkar.
Jika Kang Emil, Susi dan Wanda Hamidah tidak malu-malu dalam menyemai pemikirannya untuk bergabung dengan Partai Golkar, tidak demikian halnya dengan Bahlil Lahaladia.
Bahlil Lahaladia resminya adalah kader Golkar, jauh sebelum ia memimpin PB Hipmi pada 2015-2019, kemudian Kepala BKPM sejak 2019 dan terakhir diangkat menjadi menteri investasi pada 2021.
Bahlil sendiri mengaku dirinya saat ini masih menjadi kader Partai Golkar, meski tak masuk dalam struktural pengurus dan hanya kader biasa. Meski bukan pengurus partai, namun Bahlil mestinya sadar bahwa ia tetaplah kader partai, karena tidak pernah menyatakan keluar dari partai, sehingga mestinya menurut pada kebijakan partai.
Ironisnya, Bahlil terkesan cuek saja dalam melontarkan kekonyolan sikap atau perilaku ngocolnya. Ia menyatakan tidak harus memberikan dukungan pada Airlangga, yang sudah diputuskan sebagai capres dari Golkar. Ia, dalam sebuah acara, bahkan berani meneriakan "presiden" pada Puan Maharani
"Apa emang enggak boleh orang dari luar partai (PDIP) mendukung Mbak Puan menjadi presiden," kata Bahlil di Sport Center DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (11/11/2022), sebagaimana dikutip media.
Walau kader Golkar, Bahlil mengklaim mendukung Puan sebagai calon presiden sebagai bentuk emansipasi kepada perempuan. Menurutnya masyarakat diberi kebebasan untuk memilih karena semua capres memiliki keunggulan masing-masing. "Itu kan demokrasi. Semuanya pantas lah. Namanya mencalonkan boleh saja dong. Karena semuanya bagus," tepis Bahlil Lahaladia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H