Mohon tunggu...
Tb Adhi
Tb Adhi Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Damai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sich selbst zu lieben ist keine ritelkeit, sondern vernunft

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar Makin Mesra dengan Gerindra, sementara Demokrat Dinilai Cengeng

26 September 2022   12:01 Diperbarui: 26 September 2022   12:04 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Didesak media terkait kemungkinan Gerindra bergabung dengan KIB, Airlangga Hartarto yang selalu santun itu, hanya tertawa. KIB tidak ingin terburu-buru untuk mempersilahkan partai lain bergabung, ujarnya seraya tersenyum.

Kita pahami itu. Pahami bahwa Gerindra sebelumnya sudah berkoalisi dengan PKB, mendeklarasikan sikap mereka untuk bersatu menuju Pilpres, Pileg dan Pilkada serentak 2024.

Gerindra juga terus didekati oleh PDIP. Puan Maharani sudah bertemu dengan Prabowo Subianto. Puan Maharani juga sudah bersilaturahmi dengan Surya Paloh, penentu di NasDem. Terakhir, Puan Maharani menjalin komunikasi dengan Muhaimin Iskandar dari PKB.

Kesemuanya menjadi sinyal, kode keras, bahwa PDIP sudah memilih Puan sebagai calon penerus suksesi ayah bundanya untuk menjadi pemimpin di republik ini. Sebagai presiden. Namun, PDIP masih menunggu waktu yang tepat untuk mendeklarasikan Puan Maharani sebagai calon penerus suksesi Bung Karno dan Megawati Soekarnoputri.

Jika Golkar, Gerindra dan PDIP masif bergerak, bukan berarti partai-partai lain tidak melakukan pergerakan yang intens juga. Di luar PAN dan PPP yang terkesan 'slow but sure' karena sudah anteng dengan KIB, partai-partai lain tentunya juga terus melakukan komunikasi.

Komunikasi intens tampaknya juga masih dilakukan Partai Demokrat (PD) dengan PKS dan sejumlah parpol yang sudah terverifikasi ikut Pemilu 2024. Namun, upaya PD tampaknya harus dilakukan lebih keras lagi. Dan juga lebih cerdas. 

Tidak lagi mengandalkan politik 'playing victim', sebagaimana diisyaratkan elit PPP, menyusul isu panas yang dilontarkan elit PD sehubungan dengan adanya larangan berbicara untuk Agus Harimurti Yudhoyono dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Kader partai pendukung pemerintah melarang Ketum @PDemokrat Mas @AgusYudhoyono dan Pak @SBYudhoyono banyak bicara di sebuah negara demokratis," demikian cuitan elit PD di akun  twiternya, Sabtu (24/9), sebagaimana ramai diberikan media.

Seperti diberitakan media, Syahrial Nasution yang Balitbang DPP Partai Demokrat, mengungkap adanya kader partai pendukung pemerintah yang melarang Ketum Partai Demokrat, AHY dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) banyak bicara. Syahrial Nasution yang Deputi Analisa Data dan Informasi Balitbang DPP Partai Demokrat mengungkit pembungkaman ini sama seperti yang terjadi di rapat DPR RI.

Karuan saja cuitan Syahrial Nasution itu bikin panas kuping elit partai lain, baik yang selama ini terkesan dekat dengan PD, seperti PKS, serta khususnya elit partai lain. Secara umum mereka menyebut apa yang disampaikan Syahrial Nasution tersebut sebagai wujud dari kecengengan PD.

Habiburokhman, wakil ketua umum Partai Gerindra, meminta PD tidak bodohi rakyat. Elit PPP menyebut PD seyogyanya tidak lagi memainkan 'playing victim'. PDIP meyatakan jika sekarang sudah bukan waktunya lagi mendengar PD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun