Pelatihan jangka panjang atau pelatnas yang akan dijalani oleh para atlet wushu terbaik nasional kemungkinan besar akan langsung disupervisi oleh Kantor Kemenpora  mengingat wushu termasuk cabor unggulan yang masuk dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Kita boleh berharap para atlet nantinya akan bisa lebih fokus berlatih untuk meningkatkan kemampuan tekniknya.
PB WI juga dituntut untuk mengupayakan proses pelatihan yang menunjang peningkatan kemampuan atlet, misalnya dengan sesering mungkin menerjunkan mereka dalam berbagai pertandingan ujicoba. Dalam konteks ini jangan sampai, misalnya, mereka tergiur untuk berkompetisi di luar disiplin tekniknya.
Bukan rahasia lagi jika selama ini banyak atlet dari beberapa cabor beladiri yang bertanding di Mixed Martial Arts (MMA), seni bela diri campuran yang mengaplikasikan kombinasi teknik pergumulan, kuncian, tendangan dan pukulan dari berbagai cabang bela diri. Bisa disebutkan, atlet dari cabor gulat, muaythai dan tinju. Beberapa waktu lalu ramai diberitakan adanya sejumlah atlet wushu Sumut yang bertanding di MMA.
Atlet wushu yang tergiur bertanding di MMA terutama adalah dari disiplin Sanda, yang dalam karate disebut kumite. Sanda muncul seperti kick boxing atau muay thai, tetapi aspek tekniknya lebih banyak.
Sanda, yang kadang-kadang disebut juga sanshou atau Lei tai, adalah sebuah metode pertempuran modern dan olahraga yang dipengaruhi oleh tinju tradisional China, metode gulat China yang disebut Shuai jiao dan teknik China bergulat lain seperti Chin Na. Sanda merefleksikan banyak aspek bela diri.
Sanda diklasifikasikan melalui berat badan, dengan 6 kelas untuk pria (52 kg, 56 kg, 60 kg, 65 kg, 70 kg, 75 kg) dan 2 kelas untuk wanita (52kg, 60kg).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H