Airlangga lalu menceritakan asal mula tradisi Yaqowiyu, yang menjadi wujud dari salah satu cara dakwahnya dengan membagikan apem kepada masyarakat sambil membaca wirid "Yaa Qawiyu" yang bermakna memohon kekuatan dari Allah SWT.
Airlangga menyebut tradisi sebaran apem Yaqowiyu mengandung nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman garis perjuangan bagi masyarakat dalam mengemban amanah. Nilai-nilai yang diajarkan Ki Ageng Gribig bisa menjadi pegangan bagi semua.
Airlangga kemudian menjabarkan kembali filosofi dari APEM Yawowiyu tersebut, yakni A untuk akar sejarah yang kuat guna menjaga tradisi budaya dan warisan pahlawan bangsa. P untuk persatuan dan kesatuan guna menjaga dan menanamkan nilai toleransi, kerukunan, dan kebhinekaan. E untuk ekonomi kerakyatan sehingga pembangunan ekonomi harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. M Â untuk masyarakat maju, beragama, berakhlakul karimah, dan maju secara ilmu pengetahuan.
Tradisi Yaqowiyu tentunya bukan sekadar menjadi kebanggaan Airlangga, akan tetapi sudah menjadi kebanggaan masyarakat Jatinom, Klaten, sejak ratusan tahun silam. Tradisi Yaqowiyu menjadi cermin kearifan lokal yang merangkum aktivitas religi sekaligus budaya. Sebagai cermin kearifan lokal gelaran religi dan budaya yang diwarnai sebaran kue apem mampu memicu kembali pulihnya perekonomian masyarakat Jatinom, Klaten.
Airlangga Hartarto rutin menghadiri perayaan tradisi Yaqowiyu setiap tahunnya, sebagai salah satu cara untuk ikut serta menjaga tradisi dan menghormati budaya warisan leluhur. Apalagi, tradisi Yaqowiyu pertama kali diperkenalkan oleh leluhurnya sendiri, yakni Ki Ageng Gribig tersebut.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H