Taat Yang Pudar
Ku berjalan menapaki ruas kehidupan
Hanya dunia yang saat ini menjadi dambaan
Ia membuatku luruh hingga jatuh
Bak bunga yang lumpuh
Kudekap tirainya, menganggap asmaraloka akan abadi
Bersama cinta dan kegagahannya
Namun ia hanya meninggalkan luka
Bak pujangga ditinggal pergi oleh sang kekasih yang ia puja
Hatiku gelisah mencermati nasib yang niskala
Namun masih berdiam lemah di bawah langit kelabu yang tak terbenah
Dan enggan untuk sekedar menengadahkan tangan bersimpuh
Menemui bumi yang telah lama tak ku jamah dengan iman.
Hidupku kelu
Bak duri yang menancap tajam menikam kalbu
Bukan arunika yang sudah tak terlihat di ufuk mataku
Namun telah runtuh ketaatanku
Bukan asaku yang kian memudar
Namun jiwa yang sudah jauh terlelap
Dalam runtuhan dunia
Yang mulai bergetar
Lihatlah makhluk kecil nan tak berdaya ini
Ia meringkuk bak kertas yang diremas menjadi kusut tak berbentuk
Ia hidup dalam genggaman pencipta
Namun lagi-lagi ia malah jatuh dalam dekap dunia
Tak pernah tersadar
Jika Dia yang membuatku bertahan
Menyelimutiku dengan cahaya harapan
Dan menggenggam erat hidupku dengan kekuatan
Harsa akan hadir bersama
Bila ku taat pada Sang Pemilik Nirwana
Jika hatiku dibalut tombak legawa niscaya harsa akan hadir bersama
Hingga diselimuti kedamaian yang tak pernah layu membara
Ponorogo, 31 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H